Mohon tunggu...
LilySiti Multatuliana
LilySiti Multatuliana Mohon Tunggu... profesional -

th 1990-2005 bekerja sebagai Dosen di Universitas Swasta di Jakarta. Pernah menjadi Dosen tidak tetap di Politehnik UI Depok dan UNJ Rawamangun...Sejak th 2005 cuti menjadi dosen karena mengikuti suami ke Melaka Malaysia dan sejak tinggal di Melaka mengadakan kajian Budaya Nusantara (baik Kajian Pustaka maupun pengamatan di Lapangan di berbagai kota di Malaysia dan di Indonesia dan Thailand ). Hasil kajian/penelitan pernah di muat di tabloid dan majalah yang terbit di jakarta (Tabloid Parle dan Majalah Titian) dan koran lokal Padang (koran Haluan)...serta beberapa media on line lain nya.\r\n\r\n\r\n\r\nPendidikan \r\n- IKIP Jakarta (S1)\r\n-TAFE NSW Australia (College)\r\n-Intensive Course di Univ of Wollonggong Australia. \r\n- Univ Gunadharma Jkt (S2)\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Umroh dan Haji

2 November 2011   17:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:08 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_141240" align="aligncenter" width="300" caption="Saat Umroh 1997"][/caption] [caption id="attachment_141241" align="aligncenter" width="300" caption="Saat akan berangkat Haji th 2001"][/caption]

Saat saya akan melaksanakan ibadah Umroh, mertua sakit keras sehingga suami batal berangkat. Untunglah tiket dan perjalanan untuk Umroh dari travel boleh digantikan. Sehingga akhirnya saya berangkat bersama kakak laki-laki saya beserta istrinya.

Banyak yang menyarankan untuk langsung berhaji saja mengingat menunaikan ibadah haji adalah wajib bagi yang mampu sedangkan biaya umroh dan biaya haji terpaut tidak jauh. Akan tetapi ada perasaan ciut karena sering mendengar cerita-cerita seram yang mengatakan sikap keseharian kita akan tercemin saat  melaksanakan haji. Betul saja,  saya yang sering malas mendirikan sholatsaat diperjalanan dan saat berada ditempat tempat umum atau di luar rumah, (selalu inginmelaksanakan nya di rumah, baik rumah sendiri maupun rumah kawan atau kerabat), saat saya berhaji di tahun 2001 ketika hendak berangkat ke tanah suci saya tetap mendapat haid padahal saya sudah ke dokter dan makan obat agar haid saya terhenti pada saat menunaikan ibadah haji, akibatnya selama perjalanan (saat di bandara) saya tidak ikut bersama jamaah lain untuk sholat berjamaah  dan saya menjaga tas kawan kawan. Untung saat melaksanakan rukun haji semua berjalan lancar haid saya sudah berhenti.

Sampai beberapa haridi Madinah (sebelum ke Mekah kita ke Madinah dulu)haid saya belum berhenti juga, sedih sekali rasanya, saya berdoa setiap malam dan berjanji saya akan selalu melaksanakan sholat jika waktu sholat sudah tiba walau di tempat umum bahkan kini jika saya masih diperjalanan saya sering sholat di mobil jika waktu sholattelah tiba.

Saat umroh pun ada kejadian kecil yang tak terlupakan buat saya. Kabarnya seorang pria baik untuk sholat di shaf paling depan sedangkan seorang wanita baik untuk sholat di shaf paling belakang. Sehingga ada keinginan saya untuk sholat di shaf paling belakang, akan tetapi saya melihat banyak ibu-ibu yang membawa anaknya yang masih bayi sholat di shaf paling belakangsehingga saya berucap : “Jangan di sana lah nanti berisik banyak anak2 yang menangis” kemudian saya pindah agak kedepan sedikit. Beberapa saat sebelum sholat jamaah dimulai, ada seorang ibu dengan membawa anak sholat dibelakang saya. Dan anak tersebut menangis tak henti henti ketika saya tengah sholat zuhur berjamaah. Selesai sholat saya dan kakak saya tersenyum kecut menyadari ucapan saya sebelum sholat.

Hal yang sangat berkesan buat saya adalah saat saya bisa mencium Hazar Aswad ketika Umroh, sehingga waktu menjalankan ibadah haji melihat orang yan begitu banyak berdesakan membuat saya tak berani mengulangi pengalaman mencium batu hitam dari surga itu.

Saya teringat saat berdesakan bersama teman untuk berusaha mencapai  batu Hazar Aswad. Walau tak begitu ramai tapi tetap saja melalui perjuangan yang cukup berat untuk berdesakan dengan orang2 yang mempunyai tujuan yang sama—ingin mencium Hazar Aswad. Teman saya entah kemana dan belakangan dia mengatakantak kuat berdesakan, sehingga hanya saya sendirilah sampai kedepan Batu yang pertama kali diletakan oleh Nabi Ibrahim itu dan saya ingin mencium nya berlama-lama. Akan tetapi saya berfikir saya ingin menjadi orang yang lebih baik dari sebelum nya dan saya ingin orang lain yang tengah berdesakan dengan segera merasakan mencium batu hitam yang memiliki wangi yang unik itu dan saya segera mengundurkan diri dari depan hazar Aswad dan kembali berdesakan untuk keluar dari kerumunan orang ramai.

Lily Siti Multatuliana Sutan Iskandar

November 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun