Mohon tunggu...
Mulla Shadra
Mulla Shadra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik UIN Jakarta

hanya seorang mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membaca Komunikasi Politik Anies Baswedan Terhadap Prabowo dan Gibran

10 Desember 2023   23:20 Diperbarui: 10 Desember 2023   23:27 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anies Rasyid Baswedan adalah salah satu dari ketiga cawapres yang telah resmi mendaftarkan diri di Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama koalisi perubahan yang berisi Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)  dengan di saingi oleh Prabowo Subianto dengan koalisi partai Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai amanat Nasional (PAN) dan juga disaingi oleh Ganjar Pranowo dengan koalisi PDI Perjuangan dan PPP.

 Sekarang KPU telah menetapkan masa kampanye semenjak tanggal 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, dan sejauh ini ketiga cawapres sudah gencar mengkampanyekan diri mereka untuk memikat hati masyarakat Indonesia agar memilih mereka pada pemilu serentak di 2024. Sejauh ini elektabilitas ketiga capres selalu mengalami fluktuasi pada masa kampanye, terakhir dalam survei Indikator Politik yang dilakukan pada 27 Oktober sampai 1 November yang saya kutip dari CNBC Indonesia menyebutkan bahwa elektabilitas Prabowo berada diangka tertinggi dengan perolehan 40,6% disusul ganjar 27,8%  dan Anies Baswedan 23,7% dan tidak menjawab 7,9& dengan marjin of error 2,9%.

Hasil survey ini menjadi pr bagi pihak Anies karena dalam beberapa bulan terakhir elektabilitas darinya belum bisa menyaingi kedua lawannya, dan hal ini dapat menjadi alasan kuat gencarnya Anies pada masa kampanye ini. Tim kampanye Anies-Muhaimin (AMIN) memiliki satu gagasan kampanye  yang disebut "desak Anies", desak Anies sendiri merupakan sebuah program yang digagas oleh tim kampanye untuk mengundang masyarakat agar berdialog dengan Anies mengenai keresahan yang dirasakan oleh masyarakat banyak, program ini telah berjalan cukup  signifikan di berbagai daerah seperti Jember, lampung, dan di daerah lain, namun dalam berjalannya dialog dialog yang di lakukan di berbagai wilayah terdapat beberapa kata kata yang dilontarkan oleh Anies yang seakan menyindir pasangan calon lain, sebagai contoh pertama di dalam orasinya di jember dalam acara Jalan Sehat Sarungan pada Minggu 29 Oktober 2023, Anies mengatakan dalam pidatonya bahwa " Kita ingin tunjukkan negeri ini dikelola oleh cara yang beradab, bila kita mengerjakan dengan cara yang benar maka semua akan mengatakan insyaallah Indonesia masa depannya baik" dan dilanjutkan dengan ucapan "Bila meraih kemenangan dengan cara nepotisme, nanti saat berkuasa pasti nepotisme, betul?" tanya Anies. 

Dan diakhiri dengan saat seseorang menang dengan cara curang maka kecurangan akan terus berlanjut hingga orang itu berkuasa. Dalam diskusi publik di Lampung yang saya kutip dari MerdekaDotCom Anies pun melontarkan jawaban pedas, ketika ia di desak oleh moderator dengan pernyataan yang melihat Anies hanya pintar berkata kata dan Indonesia tidak butuh pujangga (orang yang pandai membuat kata kata indah) dan dibalas Anies dengan "lebih baik daripada ditanya tapi tidak menjawab apa apa".

Diakhir video pun ketika moderator tengah bridjing ke segmen selanjutnya  Anies kembali lempari pernyataan kalau dirinya tidak bisa berjoget dan ia melanjutnya dengan ucapan "kalau ada gagasan tidak perlu berjoget". Dapat dilihat dari media media bahwasanya pasangan calon nomor urut 2 yaitu Prabowo dan Gibran lekat dengan unsur yang di sindir Anies tadi, Prabowo kerap memberikan gestur menggemaskan dengan berjoget di depan media massa seperti pada pengumuman nomor urut yang di selenggarakan di KPU ia berjoget setelah selesai membacakan pidatonya bersama Gibran, dalam acara acara lainnya pun ia kerap berjoget seperrti di Sentul saam acara konsolidasi pemenangan Prabowo-Gibran dan di Semarang pada saat acara ulang tahun PSI ke 9.

Gibran sebagai cawapres juga memiliki keunikannya sendiri yaitu kerap menghindari pertanyaan pertanyaan yang terlontar padanya seperti pertanyaan tentang kenapa ia terpilih sebagai calon wakil dari prabowo yang disaat bersamaan merupakan kader PDI-Perjuangan, kenapa kampanye Prabowo Gibran pertama kali diadakan di Jabodetabek,dll. Gibran kerap menghindari pertanyaan pertanyaan tersebut dan selalu menggunakan kata kata yang cenderung melempar balik kepada masyarakat.

Propaganda politik adalah sebuah cara dalam komunikasi politik dimana seseorang atau kelompok menggunakan komunikasi untuk mempengaruhi Psikologis dan emosional orang lain dengan tujuan menaikkan citra diri atau kelompoknya dan menjatuhkan lawannya,  di dalam propaganda politik terdapat berbagai macam teknik dalam penyampaiannya, disini saya akan berikan 2 teknik yang pertama dalam propaganda politik ada yang disebut sebagai "name calling", teknik ini menggunakan cara labeling atau stigma kepada salah satu pihak khususnya lawannya dan yang kedua adalah "Glittering Generalities", teknik ini digunakan dengan cara membranding hal positif kepada dirinya dan kelompoknya dan diperuntukan untuk membuat kesan baik kepada dirinya dan ditargetkan supaya khalayak terpikat emosionalnya.

Kita dapat menganalisa teknik berbicara Anies Baswedan diatas dengan menggunakan analisa propaganda name calling dan glittering generalities. Didalam pidato Anies di Jember ketika ia mengatakan bahwa kita adalah bangsa beradab, jika sekali nepotisme maka seterusnya akan begitu dan diakhiri dengan jika curang maka selebihnya akan curang. Satu lagi pernyataan Anies yang sempat viral ketika ia bilang bahwa negara ini dibangun oleh para pendiri dan bukan untuk keluarga atau kemenakan.  dapat diasumsikan bahwa Anies Baswedan sedang mempropagandakan isu Gibran yang menjadi cawapres setelah adanya kasus penyelewengan kode etik dan moral yang dilakukan oleh MK ketika putusan MK merubah undang-undang perihal pencalonan wakil Presiden yang menjadi tiket emas Gibran melaju menjadi cawapres karena yang memutuskan undang-undang tersebut adalah Anwar Usman selaku ketua MK yang pada saat bersamaan juga merupakan Paman dari Gibran. Teknik name calling dengan menyebut "nepotisme" yang berarti penyalahgunaan wewenang demi kepentingan orang terdekatnya, dan kemenakan menjadi indikasi kuat sasaran dari ucapan-ucapan Anies.

Glittering generalitis juga di praktekan dalam pidato lainnya ketika ia menyatakan bahwa lebih baik berbicara ketimbang diam saja dn tak perlu berjoget jika punya gagasan. Dengan ucapannya Anies seolah olah ingin menyampaikan pesan bahwa hal yang positif dan baik adalah dengan beradu gagasan dan berbicara di depan publik dan berjoget dan tidak menjawab pertanyaan adalah satu hal yang kurang baik dan seperti yang sudah dipaparkan kita dapat berasumsi bahwa propaganda ini menyasar kepada pasangan calon nomor urut 2 yaitu Prabowo dan Gibran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun