Mohon tunggu...
Mulla Kemalawaty
Mulla Kemalawaty Mohon Tunggu... -

Penulis merupakan staf di Politeknik Indonesia Venezuela (Poliven) yang berlokasi di Cot Suruy, Aceh Besar

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kaisar Akihito, Penyemangat Rakyat Jepang

2 Maret 2012   14:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:37 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Matahari enggan bersinar, menyisakan mendung yang menggelayut. Kubuka jendela kamar, udara dingin segera saja menyergap. Walaupun sudah memakai baju berlapis-lapis namun dinginnya masih tetap terasa, menembus hingga ke pori-pori. Hari ini libur, aku dan suami, M. Ridha, berencana hendak ke luar.

Kalau boleh memilih, enggan rasanya keluar rumah, inginnya tetap tinggal di kamar kami yang hangat dan nyaman. Tapi hari ini bukanlah hari yang biasa.  Pada hari ini, 2 Januari 1998, Kaisar Akihito mengadakan ‘open house’, di istananya, Imperial Palace.

Kesempatan yang sungguh langka.  Hanya dua kali dalam setahun ImperialPalaceatau Istana Kekaisaran dibuka untuk umum.  Yaitu pada tanggal 23 Desember saat ulang tahun Kaisar Akihito atau Tenno Tanjobi,  dan pada tanggal 2 Januari, saat rakyat Jepang merayakan Tahun Baru.  Sebetulnya kami sudah merencanakan untuk pergi pada saat Tenno Tanjobi yang lalu.  Saat itu merupakan hari libur nasional, jadi kampus suami juga libur. Namun karena guyuran hujan yang menerpa sedari pagi, membuat kami terpaksa mengurungkan niat tersebut.
Dan pada 2 Januari adalah kesempatan kedua bagi kami.  Akankah kami menyia-nyiakan kesempatan emas ini?  Tidak, tentu saja tidak.  Terpaan udara dingin yang menggigit sampai ke sumsum tulang tidak boleh membatalkan niat kami kali ini.

***

Sebetulnya jarak dari apartemen sederhana kami di Miyamaedaira, Kawasakike Tokyotidaklah terlalu jauh. Sekitar satu jam perjalanan dengan kereta api listrik.  Dari Stasiun Miyamaedaira ke Stasiun Shibuya melalui Den entoshi line  Lalu naik Yamanote line ke Stasiun Otemachi.  Namun karena hari itu bertepatan dengan hari Jumat, suami berencana untuk menunaikan sholat Jumat terlebih dulu.  Perjalanan kami akan bertambah lama jadinya. Beliau memilih aula SRIT, yaitu Sekolah Rakyat Indonesia Tokyo di Meguro.  Selain karena lokasinya yang dekat, juga agar bisa berjumpa dengan masyarakatIndonesia yang ada di Kanto (Tokyo dan sekitarnya). Suami yang saat itu tengah melanjutkan studi di Tokyo Institute of Technology sehari-harinya disibukkan dengan kegiatan perkuliahan.  Jadi jarang bertemu dengan orangIndonesia.  Selesai sholat Jumat, barulah kami bertolak menuju Stasiun Otemachi, salah satu stasiun yang dekat dengan Imperial Palace.

***

Keluar dari Stasiun Otemachi, mata dimanjakan dengan kehadiran gedung-gedung pencakar langit nan megah.  Aku merasa seperti anak ayam yang baru saja melihat dunia, terpana memandangi belantara beton di hadapanku.
Setelah berjalan melintasi lapangan luas, tibalah kami di pintu gerbangImperialPalaceatau Kokyo dalam bahasa Jepang.  Sebelum masuk, pengunjung beserta barang bawaan diperiksa secara manual.  Petugas polisi dan keamanan ada di mana-mana. Ratusan, bahkan mungkin ribuan petugas  dikerahkan guna mengamankan lokasi. Ketat.  Sangat ketat.  Kesan itulah yang ada dalam benakku saat menjalani pemeriksaan.  Aku sempat merasa kuatir dan tegang ketika tasku digeledah.  Sebaliknya suamiku nampak tenang-tenang saja.  Selama tidak membawa benda tajam maupun benda terlarang, untuk apa takut, mungkin begitu pikiran beliau.  Memang tasku hanya berisi makanan, minuman, sarung, mukena, bedak dan lisptik. Tak ada yang ‘aneh-aneh’, jadi tenang sajalah, kucoba menenangkan diri.

Akhirnya pemeriksaan yang ketat itu selesai dan kami diperbolehkan masuk.  Hatiku sungguh lega.  Tinggal selangkah lagi jalan untuk bertemu Kaisar Akihito. Sebelum masuk kami dipersilakan mengisi buku tamu.  Terhormat sekali rasanya.  Serasa menjadi tamu penting kenegaraan.  Sebagai informasi, kaisar tidak bisa ditemui oleh sembarang orang pada sembarang waktu  Hanya tamu-tamu penting kenegaraan saja.  Aku yang notabene hanya rakyat jelata, diundang menjadi tamu kaisar adalah merupakan suatu kehormatan yang tak terhingga nilainya.

Petugas di pintu gerbang mengatakan bahwa pintu gerbang menuju kediaman kaisar akan ditutup pada pukul tiga sore.  Pintu gerbang?  Pintu gerbang mana lagi?  Bukankah ini gerbang masuknya?  Memang setahuku, pintu gerbang atau ‘mon’ dalam bahasa Jepang yang merupakan pintu masuk jumlahnya banyak.  Stasiun Otemachi bukanlah satu-satunya stasiun pemberhentian menuju Imperial Palace, namun masih banyak lagi yang lainnya, seperti Stasiun Tokyo, Stasiun Nijubashi, dan lain-lain.  Begitu pula gerbang masuknya.  Ada Kikyo-Mon, Sakashita-Mon, Sakurada-Mon, dan lain-lain.  Dengan melihat peta, kita bisa memilih stasiun pemberhentian dan masuk melalui pintu gerbang yang terdekat dengan stasiun pemberhentian tersebut.  Kami masuk melalui Ote-Mon atau Gerbang Ote, sekitarlima menit berjalan kaki dari Stasiun Otemachi, karena pintu gerbang itulah yang terdekat dengan Stasiun Otemachi.
Bagi pengunjung yang berhenti di StasiunTokyobisa juga masuk lewat Ote-Mon, namun jarak yang ditempuh lebih jauh, sekitarlimabelas menit berjalan kaki.  Jadi pandai-pandailah memilih stasiun pemberhentian dan juga gerbang masuk yang terdekat.
Nah, yang tidak kumengerti adalah pintu gerbang mana yang dimaksud oleh petugas di Ote-Mon?  Apakah pintu gerbang yang terdekat dengan kediaman kaisar atau Gosho?  Terus terang aku pusing memikirkan masalah gerbang ini.

Arlojiku menunjukkan waktu jam tiga kurang limabelas menit.  Dan itu berarti hanya tersisa waktu limabelas menit bagi kami untuk mencapai pintu gerbang terdekat itu.  Oh my God! Lima belas menit saja, bayangkan! Dengan jarak tempuh yang entah berapa kilo lagi panjangnya. Jadi kami mepercepat langkah, kuatir pintu gerbang akan ditutup sebelum kami sampai disana.  Terkadang bahkan sampai berlari-lari kecil.  Nafas serasa hampir putus dan jantung berdegup kencang.  Rasa cemas dan kecapaian berbaur jadi satu.
Syukurlah pintu gerbang masih dibuka ketika kami sampai di sana.  Legaa.  Akhirnya.  Tapi perjuangan belum selesai sampai di situ. Masih harus bersabar sedikit lagi untuk mencapai Gosho.  Jadi walaupun kaki terasa pegal-pegal, langkah tidak boleh surut.  No way back!  Maju terus pantang mundur!

Singkat cerita, akhirnya, sampai juga kami di Gosho.  Kuucapkan syukur berulang-ulang.  Perjalanan panjang kami sudah mencapai titik akhir. Gosho merupakan bangunan tempo doeloe yang diracik dengan sentuhan modern.  Terlihat elegan namun bersahaja.  Di tempat inilah Kaisar Hirohito dan keluarga sehari-harinya menghabiskan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun