Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pegiat makan bubur jangan diaduk

25 Jam Full-blogger

Selanjutnya

Tutup

Diary

Malaikat Kecil Itu Bernama, Mulki

7 September 2021   09:39 Diperbarui: 7 September 2021   09:48 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan baru kusadari anak kecil lucu itu ternyata Malaikat! Bagiku. Dia lah yang mampu menampar sedemikian keras, membelokkan pandangan hidup selama ini yang kujalani.

Malaikat kecil itu turun ke bumi di hari Sabtu, 2 Juli 2016, pkl 16.00 WIB. Satu hari sebelum Idul Fitri.

Layaknya malaikat dengan tugas monoton, ia pun tak banyak tugas di dunia ini. Tugasanya hanya bermain, melucu, menggemaskan sedemikian rupa.

Dia memang di program seperti itu, untuk menguji rasa syukur orang tuanya. Apakah ada rasa syukur dari orang tua ketika dikarunia anugerah terindah itu. Jika bersyukur, dengan apa mengekspresikan rasa syukur itu kepada Sang Pemberi Titipan?

Apakah dengan menciumnya setiap saat? Memberikan pakaian terbaik? Mainan terbaik? Merencanakan masa depan terbaik untuknya? Saya rasa bukan hanya ini. Karena saya pun telah melakukan hal tersebut, toh Sang Pemberi Titipan punya kehendak lain.....

Malaiikat kecil itu diterbangkan, 18 Agustus 2021 pukul 03.00 WIB. Sempat kupertahankan agar ia tidak terbang dulu, kami tidak siap kehilangan seorang anak laki-laki yang sedang lucu-lucunya. Kami pun membawanya ke beberapa rumah sakit dimalam itu. Namun sepertinya memang tugasnya sudah selesai, agar ayah yang tidak pandai bersyukur ini tersadar. Karena mungkin hanya dengan ini sang ayah tersadar dengan kesalahannya.

Ya, kami lupa. Atau melupa. Akan wujud mensyukuri nikmat tuhan. Tak terhitung nikmat kecil sampai besar, sampai yang terindah itu telah kudapatkan di bumi ini.

Namun, rasa syukurku hanya gombalan dimulut!
Rasa syukurku hanya omong kosong!

Bukannya lebih mendekat padaMu, aku malah menjauh dan sibuk dengan kesenangan yang Kau berikan.

Ya, Robbb.... Lewat Mulki, Kau tampar, Kau luluh lantahkan semua yang telah kurancang.

Mulki Kau angkat, dunia gelap.... Dan aku bersujud. Harga yang sangat mahal untuk bisa membuatku bersujud.

Mulki, maafkan kedua orang tuamu. Maafkan Bapak Tong dan Mama I'a mu ini yang selama lima tahun itu tak juga tersadar.

Bagiku kau benar-benar Malaikat! Di dunia kau memberikan keindahan, pergimu membuat kami tersadar, dan kelak kau juga yang mengangkat orang tuamu yang penuh dosa ini ke Sorga. Kau sungguh luar biasa, Mulki.

Pesan yang selama lima tahun ingin kau sampaikan, kini kami mulai paham. Ya, bersyukur dengan bersujud. Agar yang Sang Pemberi Titipan betah menitipkan pada kita.

Semoga pesan yang kau bawa, tersampaikan pada orang lain. Agar mereka tidak mendapatkan teguran sampai level ini.

Terima kasih atas hari-harimu bersama kami. Terima kasih keindahan singkat sarat makna ini. Tetaplah dengan keceriaanmu di taman sorga. Kami yakin mainanmu disana lebih bagus dari sekedar Tayo dan Boboiboy.

Sambil menunggu kita bersatu, semoga ada kembaranmu  yang datang kebumi menemani kami. Agar sisa hidup ini tidak melulu tentang penyesalan.

Sampai berjumpa, cah bagus!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun