Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pegiat makan bubur jangan diaduk

25 Jam Full-blogger

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saya Memilih Tidak Bertato

10 Mei 2020   21:36 Diperbarui: 10 Mei 2020   21:40 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya termasuk orang yang tidak masalah dengan orang bertato, malah cenderung suka. Apalagi ketika mempunyai teman bertato tapi ia mempunyai jiwa sosial tinggi. Bangga berteman dengan orang seperti ini.

Kalau dulu tato selalu identik dengan hal negatif, tapi tidak pada jaman sekarang. Masyarakat sudah mulai menerima kehadiran orang bertato disekeliling kita. Tato sudah menjadi salah satu jenis seni. Tentu dengan segala pro dan kontra.

Karena sifatnya yang permanen --meski ada juga yang temporer- menurut saya tato harus bagus dari segi hasil. Jika anda memutuskan ingin mempunyai tato, pastikan hasilnya bagus. Jangan pernah tubuh kamu  ditato asal-asalan, apalagi dijadikan trial dari sahabat kamu yang kebetulan punya alat tanpa memiliki seni melukis yang bagus.

Jangan pernah menyesal karena yang diinginkan gambar tengkorak danger, hasilnya wajah nenek-nenek. Pingginnya gambar buaya seram, malah yang ada tokek ngemut mbako.

Untuk antisipasi penyesalan dikemudian hari, cobalah hindari mentato diwilayah wajah. Dan tentu kamu harus tahu konsekwensi dari orang bertato, jangan sampai pikir keri.

Konsekwensi Tato

Semua pilihan ada konsekuensinya, begitu juga memilih mentato tubuh. Konsekuensinya seperti;

Kamu harus siap jika tidak bisa kerja di sektor formal. Stigma atas tato masih cukup kental di masyarakat Indonesia. Banyak atasan ditempat kerja melihat tato sebagai tabu dan tidak pantas.

Pada sektor informal, orang bertato lebih diterima. Misalnya pekerja seni, olahragawan, dan dunia hiburan.

Bisa saja ada pekerjaan formal yang bisa menerima orang bertato, misalnya sipir penjara. Kamu bisa coba kesini.

Tapi kalau punya jiwa mandiri, kamu bisa membuka usaha sendiri. Jadi tidak perlu mengalami penolakan sana-sini. Jadilah pengusaha!

Konsekuensi paling mengkhawatirkan adalah ketika kamu masih jomblo dengan tubuh berselimut tato. Kamu harus pandai-pandai meyakinkan calon mertua, bahwa meski bertato kamu bisa membahagiakan anaknya. Coba tembak anaknya kyai, berani gak?

Karena konsekuensi diatas itulah SAYA MEMILIH TIDAK BERTATO. Saya membiarkan tubuh saya mulus tanpa tato. Tato yang ada pada tubuh saya paling tato koreng dan bekas kutil dilengan.

Saya juga sudah bertanya pada orang pintar disebelah sana, bahwa agama melarang tubuh ditato. Katanya bla, bla, bla. Dan saya percaya ini.  Makin mantaplah saya dalam pilihan menjauhi tato.

Saya punya beberapa teman bertato, entah kebetulan atau tidak mereka selalu bilang bahwa menyesal tubuhnya ditato. Tentu ketika pertanyaan itu disampaikan ketika mereka sudah dewasa atau telah menikah.

Bagi yang terlanjur bertato, atau bagi yang memilih jalan tato, tetaplah bahagia dengan pilihan kamu. Jadilah manusia baik dengan jiwa sosialmu, bukan karena kanvasmu.

Salam hormat dari saya yang memilih tak bertato.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun