Mohon tunggu...
Muliasari
Muliasari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa/Universitas Muhammadiyah Magelang

Seorang Mahasiswa Jurusan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sektor Konstruksi Jadi Penyumbang Kasus Kecelakaan Kerja Tertinggi, AI HSE Siap Jadi Solusi

1 Desember 2023   12:02 Diperbarui: 1 Desember 2023   13:40 2293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proyek konstruksi menyumbang kasus kecelakaan kerja tertinggi. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) mencatatkan bahwa jumlah kecelakaan kerja per September 2023 mencapai 289 ribu kasus. Angka tersebut hampir mendekati jumlah kecelakaan kerja tahun 2022, yakni sebanyak 298.137 kasus. Sedangkan di tahun sebelumnya, jumlah kecelakaan kerja sebanyak 234.370 kasus. Tingginya angka kecelakaan kerja ini didominasi oleh sektor konstruksi, yakni sebesar 32% kasus per tahunnya.

Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Khrisna Suryanto dalam acara HSE Awards mengatakan bahwa tingginya kecelakaan kerja yang terjadi di proyek konstruksi dikarenakan kurangnya perhatian dalam aspek Kesehatan, Keselamatan, Kerja dan Lingkungan Hidup (K3L) atau Health, Safety, and Environment (HSE) serta minimnya pengawasan saat pelaksanaan kegiatan proyek. Minimnya pengawasan ini membuat banyak pekerja lalai dan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan lengkap atau bahkan tidak menggunakannya sama sekali. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan potensi terjadinya berbagai kecelakaan kerja, seperti luka-luka, cacat, hingga kematian. 

Sumber: freepik
Sumber: freepik

Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan pengawasan yang ketat terhadap penerapan HSE dan kelengkapan APD yang digunakan oleh pekerja. Umumnya, pengecekan dan pengawasan terhadap APD pekerja dilakukan secara manual oleh mandor. Namun, pengawasan secara manual sangat rawan terjadinya kesalahan akibat human error dan keterbatasan daya pandang serta pikiran manusia. 

Menyoroti kebutuhan tersebut, Widya Robotics, perusahaan teknologi yang berfokus pada pengembangan Artificial Intelligence (AI), robotika, dan otomatisasi asal Jogja, menawarkan solusi pendeteksian object menggunakan Vision Intelligence (VI). Teknologi ini memanfaatkan AI Engine yang dapat mengenali dan mengidentifikasi data visual berbagai macam objek secara otomatis. 

VI akan melakukan identifikasi data visual suatu objek dengan melibatkan penggunaan kamera, baik kamera pada smartphone maupun CCTV. Adapun objek yang dapat dikenali oleh teknologi ini diantaranya, manusia, tumbuhan, kendaraan, dan benda lainnya. Melalui kehandalannya dalam mengidentifikasi data visual secara otomatis, VI dinilai mampu membantu meminimalisir potensi kesalahan yang mungkin terjadi akibat human error.  

Sumber: Widya Robotics
Sumber: Widya Robotics

Salah satu produk turunan dari VI adalah Artificial Intelligence Health Safety and Environment (AI HSE). Teknologi ini mampu mendeteksi secara otomatis kelengkapan APD pekerja, seperti helm safety, masker, rompi safety, sarung tangan, sepatu safety, goggles, dan masih banyak lagi. AI yang disematkan mampu melakukan pendeteksian dalam waktu yang singkat, akurat, serta memiliki daya pandang yang jauh. Hal tersebut dapat membantu mandor dalam melakukan pengecekan dan pengawasan pada area proyek yang luas.

"Cara kerjanya mudah, cukup integrasikan AI HSE dengan kamera, baik CCTV atau palang pintu yang ada di area lokasi proyek. Kemudian, AI HSE tersebut akan melakukan pendeteksian secara otomatis pada APD pekerja yang tertangkap kamera" Tutur Tri Yunianta selaku VP of Technology Widya Robotics.

Ketika pekerja terdeteksi menggunakan APD dengan lengkap, maka pekerja tersebut akan ditandai dengan kotak hijau. Namun, jika tidak menggunakan peralatan yang lengkap, maka pekerja akan bertanda kotak merah. Recording yang dihasilkan juga dapat tersimpan secara otomatis, sehingga memudahkan mandor dalam melakukan pemeriksaan ulang.

"Teknologi ini juga dilengkapi fitur face recognition yang mampu mengenali wajah pekerja dan fitur people counting yang dapat menghitung jumlah pekerja yang ada di lapangan secara otomatis. Fitur-fitur tersebut dapat mencegah adanya intruder yang masuk dalam area proyek" tambahnya.

Lebih lanjut, semakin banyak data yang dimasukkan ke dalam teknologi ini, maka akan semakin pintar dan kompleks alat ini dalam mendeteksi objek yang terekam. Selain tingkat kepintarannya yang dapat diatur, teknologi ini juga dapat diprogram sesuai dengan kebutuhan klien. Sehingga, industri lain yang memerlukan solusi yang serupa dapat juga menggunakan teknologi ini.

Melalui teknologi ini, diharapkan pengecekan dan pengawasan APD pekerja dapat dilakukan dengan ketat, efektif, dan efisien. Dengan begitu, para pekerja juga akan lebih memperhatikan kelengkapan APD masing-masing dan potensi kecelakaan kerja di proyek konstruksi dapat diminimalisir. Pada akhirnya, angka kecelakaan kerja di Indonesia juga dapat ditekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun