Sesudah mendengar asupan pengetahuan dari yanti tentang kenaikan kelas, de ana jadi pingin ikut yanti naik ke kelas 2 dan ingin belajar bersamanya walau dia lupa diri saat ini dia belum lah bisa membaca walaupun dilevel dasar b. U. =Bu d. i.=Di, ( membaca terbata-bata)
Cie cie, cie.
Tak terasa waktu sudah berlalu 5 menit, sejak ibu guru memberikan kesempatan untuk para murid belajar, 15 menit yang tersisa kini ,cuma tersisa 10 menit karena 5 menit nya sudah digunakan "De ana"untuk mendengar kan "yanti" membaca. Walau banyak kebisingan ditempat itu, seperti suara lebah yang di lempari batu(karena banyak siswa lain juga belajar membaca) sehingga frekuensinya suaranya  sampai ke RUANG GURU, lebih tepatnya ke telinga Ibu raden sang wali kelas, tapi tak dihiraukan karena beneran dikira suara lebah.Â
De ana, tetap fokus, seolah bermeditasi pada kata kata yang diucapkan yanti, menyusunnya dikepala melalui rumus rumus tak kasat mata yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata, karena adanya didalam kepala,. Terus dia dengarkan yanti membaca, hingga sampai pada menit terakhir dia berkata:
"Hore"(berteriak dengan keras) sampai semua siswa memandangnya.
Lalu dia memandang balik semua temannya itu,
Dan semua kembali kekesibukkannya masing masing.
Kalu yanti bertanya" Kenapa kamu berteriak?
 "De ana pun dengan bangga menjawab:
"aku menghafal semua bacaan yang sedang  kamu baca"
" Walau aku belum bisa membaca jika benar seperti kata ibu guru, materi ini yang akan diujikan nanti dalam ujian membaca, tentu dengan menghafal ini semua dan nanti tinggal ku atur jariku di akhir kata yang kuucapkan sama dengan akhir kalimat ini. Bukankah itu tandanya aku sedang terlihat membaca."
Ucap de ana.