Mohon tunggu...
Muliana Adigunawan
Muliana Adigunawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis amatir yang terus meng upgrade diri.

Ada suara didalam diri, entah dipikiran atau dihati, semua itu membentuk melodi, yang menemani hari hari, tatkala sendiri, yang kalau diteliti terdapat inspirasi , temukanlah dan sadari, maka pemahaman tentang diri, akan dimengerti.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Gagal Bernalar (Bagian 6)

13 Juni 2023   10:36 Diperbarui: 13 Juni 2023   10:37 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa nih?? ? Bengong"sambung ayahnya.
(Sambil melepaskan nafas yang tertahan) merta menjawab"Gak apa -apa, cuma kepikiran masa depan aja tentang anak-anak dan kebutuhan kami yang bertambah, tumbuh anak anak yang semakin cepat, serta aku yang gagal menjadi orang, membuat ku khawatir tentang masa depan mereka,!!apa bisa aku menyekolahkan mereka nantinya!!, bahkan untuk isi perut besok masih susah,
Maaf nang, aku tak bisa membanggakan mu, perjuangan mu dulu, menyekolahkan aku tinggi-tinggi, dan harapanmu tidak dapat ku penuhi, aku gagal, pikiran yang ku banggakan, seakan seperti terpukul dan tidak berani melangkah maju ,tatkala tubuhku sakit sakitan ,.

"Hahahhahahha" Bicara apa anakku ini,! ! ! Sahut "kakek budi"
kenapa kau begitu mendalami dan membuat kesedihanmu menjadi hidup, didunia ini, suka, duka, lara, dan mati sudah digariskan Tuhan, melalui hukumnya,. Kau hanya perlu melaluinya dengan sabar dan iklas, kau diberkati akal , fungsinya memang untuk berfikir tapi kau memikirkan hal hal yang membuatmu terpuruk saja,.
Masalah kamar mu ini yang ukurannya semakin  kecil kini, nanang sudah siapkan sepetak tanah untumu dan saudara-saudaramu yang lain, cuma itu yang bisa nanang wariskan, dari hasil keringat nanang dan ibumu dulu,kau bangunlah pelan-pelan sambil menyelam sambil minum air, belilah bahan -bahan bangunan dulu, sambil mencari nafkah menghidupi keluargamu, tugas nanang sebagai ayah yang audah tua ini cuma bisa menasehati kini, tidak lagi sekuat dulu sama seperti filosofi pohon pisang yang nanang yakini

"Pohon pisang tidak akan mati walau dipotong berkali kali, dia akan tumbuh lagi sebelum dia menghasilkan buah , tapi saat dia sudah berbuah dia akan dengan sendirinya mengundurkan diri, dan menjadikan dirinya pupuk yang berguna untuk generasi selanjutnya."

Berjuanglah anakku, kuat dan fokuslah pada apa yang ada didepan sana.(Ucap kakek budi kepada merta)
Mertapun terharu mendengar kata kata ayahnya, dan menyadari kesahalannya bernalar selama ini memaknai kehidupan,
Diapun berhenti bengong dan izin pamit kepada ayahnya untuk bekerja,, , ,

Bersambung.. . . . . ,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun