Mohon tunggu...
MULIA
MULIA Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Life Long Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan di Indonesia: Dari Belenggu Menuju Kemerdekaan

26 November 2022   15:42 Diperbarui: 26 November 2022   15:57 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang handal. Dengan semakin bertumbuh dan berkembangnya setiap individu maka dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas, kreativitas, kepribadian yang baik dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Oleh karena itu, pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan, mengembangkan potensi dalam diri dan menjadi manusia yang merdeka.

Pendidikan di Indonesia telah dimulai sejak masa penjajahan kolonial belanda. Saat itu, pendidikan terbatas hanya untuk calon pegawai dan bentuk pengajaran yang diberikan hanya sekedar membaca, menulis dan berhitung. Ki Hajar Dewantara adalah salah satu dari sejumlah perintis kemerdekaan yang aktif bergerak dalam ranah pendidikan. 

Ki Hajar Dewantara memiliki pandangan untuk mewujudkan cita-cita dalam membangun kesadaran bangsa Indonesia akan identitas dirinya yang memang berbeda dari bangsa lain sekaligus setara martabat kemanusiaannya dengan bangsa lain sehingga tidak boleh dihina dan direndahkan oleh bangsa mana pun. 

Adapun, langkah yang dilakukannya dalam upaya melepas belenggu dari penjajahan belanda adalah dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa sebagai keseriusannya dalam membantu generasi muda menangkal pengaruh pemerintah kolonial. Perguruan Taman Siswa dipandang sebagai lembaga pendidikan pertama yang mengedepankan kekhasan nilai-nilai luhur dalam praksisnya yang menampilkan ciri khas bangsa Indonesia.

Pendidikan Ki Hajar Dewantara tesebut menampilkan kekhasan nilai-nilai tradisional Indonesia. Meskipun demikian, hal itu tidak lekang dari tantangan dalam praksis implementasinya. Pendidikan di Indonesia saat ini condong memiskinkan dan mengerdilkan makna pendidikan menjadi sekedar pengajaran. Kita dapat memandang bahwa pendidikan yang berlangsung saat ini di Indonesia terkait dengan tuntutan perkembangan zaman yang bersaing ketat dengan ranah intelektualitas menjadi takaran utamanya (kecerdasan dan kepintaran). Kualitas seseorang ditakar berdasarkan perolehan angka di atas kertas. Sehingga, aktivitas pendidikan menjadi semata-mata hanya berupa aktivitas pengajaran.

Dalam upaya mengatasi tantangan, pendidikan di Indonesia saat ini tengah menerapkan Kurikulum Merdeka. Sesuai dengan konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu sebuah pendidikan didasarkan pada asas kemerdekaan yang berarti manusia diberikan kebebasan oleh Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya sesuai dengan aturan yang ada dalam masyarakat. Selain itu menurutnya, pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam yang berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan dimana anak tersebut berada. 

Dengan tujuan, agar menuntun segala kodrat yang pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses menuntun, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang pamong dapat memberikan tuntunan agar dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Guna dapat menerapkan asas kemerdekaan dalam proses pembelajaran, seorang guru perlu memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dengan melakukan refleksi sebelum mengajar sehingga dapat mengelola dengan baik cara mendidik peserta didik. Seorang guru perlu mengenal karakteristik peserta didiknya agar dapat membantu menghantarkan peserta didik terhadap apa yang diharapkan yaitu menjadi pribadi mandiri dan merdeka. Peserta didik diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya. 

Selain itu, peserta didik memiliki gaya dan cara belajarnya masing-masing sehingga seorang guru perlu menyelaraskan cara-cara yang sesuai dengan cara belajar peserta didik agar menuntun mereka mencapai keselamatannya dan tumbuh sesuai dengan kodratnya. Guru sebagai fasilitator, pembimbing, dan pelatih perlu mengembangkan minat dan bakat peserta didik sehingga mampu mengembangkan kemampuan untuk dapat berkolaborasi, berkreasi, berinovasi dan berkomunikasi. Selain itu, peran seorang guru perlu menyiapkan peserta didik sebagai bagian dari masyarakat dengan membekali pengetahuan, keterampilan dan kecakapan agar mereka siap terjun di masyarakat sebagai pribadi yang mandiri dan merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun