Mohon tunggu...
Mulat Suyatmi
Mulat Suyatmi Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Gatak

Mulat Suyatmi, S.Pd, guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Gatak. Di sekolah biasa dipanggil Bu Mulat. Beliau adalah guru yang hobi menulis. suka menulis cerpen dan puisi. suka membaca komik detektif Conan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

16 April 2023   22:46 Diperbarui: 16 April 2023   22:49 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Kutipan di atas, menggambarkan bahwa seorang pendidik sering kali mengalami dilema etika, antara mengejar ketuntasan materi dengan mengajarkan etika dan makna hidup. Di satu sisi pendidik harus segera menuntaskan materi dan sisi lain juga dibebankan untuk mengajarkan makna dan karakter yang tentu lebih membutuhkan waktu dan kesabaran.
Dalam mengambil keputusan seorang pendidik maupun kepala sekolah harus memperhatikan prinsip-prinsip sehingga dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan. Dalam mengambil keputusan seorang pendidik harus mempertimbangkan kebutuhan murid dan mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi murid.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, keputusan yang diambil akan menentukan apa yang akan diperoleh seorang murid dari pembelajaran yang dilakukan. Maka keputusan yang diambil harus mampu menuntun tumbu kembang murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Pengambilan keputusan harus mengutamakan kebutuhan belajar murid dan pembentukan karakter murid. Hal ini bisa dilakukan dngan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.
Ada sebuah kutipan yang berbunyi sebagai berikut:
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Maksud dari kutipan di atas adalah bahwa dalam menghadapi kasus dilema etika yang sering terjadi, seorang pendidik harus menggunakan pedoman untuk mengambil keputusan agar keputusan dapat dipertanggungjawabkan. Pedoman dalam mengambil keputusan itu adalah 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sehingga keputusan yang diambil berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak pada murid.
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan erat dengan penerapan pengambilan keputusan seorang pemimpin. Ing ngarsa sung tuladha, menegaskan bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pendidik harus mampu memberikan teladan yang baik dalam mengambil keputusan. Ing madya mangun karsa, bahwa sebagai seorang pemimpin, pendidik hendaknya mampu memberdayakan teman sejawat, murid, dan semua warga sekolah dalam mengambil keputusan. Tut wuri handayani, bahwa sebagai seorang pemimpin, pendidik hendaknya mampu mendorong kolaborasi dan meningkatkan kinerja teman sejawat, murid dan semua warga sekolah, dalam mengambil keputusan.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pemimpin pembelajaran akan berpengaruh kepada prinsip-prinsip dalam mengambil keputusan. Nilai-nilai yang sering mempengaruhi pengambilan keputusan itu terutama adalah prinsip keadilan dan tanggung jawab. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin harus adil yaitu menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya. Sedangkan tanggung jawab artinya seorang pemimpin harus mampu
 
menanggung segala resiko yang terjadi sebagai dampak keputusannya. Nilai-nilai ini perlu ditanamkan juga kepada murid-murid agar mampu mengambil keputusan dengan cara bijak.
Pada kegiatan coaching salah satu tujuannya adalah untuk menggali potensi yang dimiliki oleh pendidik sendiri untuk mengatasi masalah atau untuk mencapai tujuannya. Sehingga ketika proses coaching, pendidik dapat mengambil keputusan sendiri setelah melakukan identifikasi kekurangannya, potensinya, maupun kebutuhan murid. Sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan berpihak kepada murid.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru diharapkan mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosional, agar mampu mengambil keputusan dan menguji keputusannya dengan bijak. Seorang guru yang mempuyai kesadaran diri yang baik, dapat menunjukkan integritas dan tanggung jawabnya dalam mengambil keputusan terhadup kasus dilema etika yang dihadapi. Guru juga diharapkan memiliki kesadaran penuh ketika menghadapi kasus dilema etika. Karena dengan kesadaran penuh, maka perhatian, rasa ingin tahu, dan juga kebaikan akan mempengaruhi keputusan yang diambilnya sehingga dapat menciptakan kesejahteraan atau well being.
Nilai-nilai kebajikan universal seperti tanggung jawab, keadilan, kejujuran dan lain-lain akan sangat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pendidik ketika menghadapi kasus dilema etika atau bujukan moral. Seorang pendidik akan mendasarkan keputusannya pada nilai-nilai bajikan universal itu jika terjadi benturan kepentingan pada kasus dilema etika atau bujukan moral.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Yaitu lingkungan yang mengakui bahwa setiap manusia memiliki potensi yang berbeda-beda. Teman sejawat, murid dan warga sekolah adalah mitra untuk berkembang bersama, bukan saingan. Guru harus menyadari bahwa tugas pendidik adalah membantu murid menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Tugas kepala sekolah membantu guru mengenali potensinya dan meningkatkan kompetensinya. Sehingga kolaborasi murid, guru, dan orang tua akan semakin meningkat. Lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman tercipta jika budaya positif dibiasakan di antara warga sekolah. Budaya positif berlaku jika ada kesepakatan antara warga. Dalam kesepakatan itulah seorang pemimpin sekolah menunjukkan keterampilan dalam mengambil keputusan yang tepat yang berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
Tantangan-tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus- kasus dilema etika antara lain terjadinya perbedaan pandangan antara pihak-pihak yang terlibat. Perbedaan pandangan itu kadang menimbulkan kesalah-pahaman di antara pengambil keputusan. Tantangan lainnya adalah pengambilan keputusan yang tidak melibatkan seluruh warga sekolah, atau tidak adanya transparansi. Tentu saja ini menyebabkan perubahan paradigma berpikir.
Pengambilan keputusan yang kita lakukan berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid-murid. Sebagai pemimpin pembelajaran tentu akan mengambil keputusan yang berpihak pada murid, yang memberi kesempatan pada murid untuk mengekspresikan potensinya, minatnya, gaya belajarnya masing-masing.
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Oleh karena itu seorang guru harus berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran murid. Benar kata pepatah Jawa yang berbunyi "guru, digugu lan ditiru", yang artinya guru itu dipercaya dan ditiru oleh murid. Sehingga jika seorang guru melakukan kesalahan dalam pembelajaran, maka murid akan melakukan kesalahan pula seumur hidupnya sampai ada yang
 
menyadarkannya. Karena apapun yang diputuskan guru untuk pembelajaran, murid akan menirunya.
Kesimpulan akhir dari modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa seorang pendidik harus mampu mengenali nilai dan peran dirinya sehingga mampu memahami dan menerapkan filosofi KHD dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, memahami kebutuhan belajar setiap murid, serta mampu mengelola sosial emosional murid.
Dalam menghadapi kasus-kasus dilema etika atau bujukan moral, bisa diuji dengan melakukan pengujian melalui 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, 4 paradigma berpikir dan 3 prinsip. Setelah menganalisa kasus dengan 9 langkah itu maka bisa diketahui apakah kasus yang dihadapi merupakan dilema etika atau hanya bujukan moral. Pada langkah kelima biasanya akan diketahui bahwa kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral, jika merupakan bujukan moral maka bisa langsung diputuskan, namun jika dilema etika maka dlanjutkan dengan pengujian langkah berikutnya. Hal tak terduga yang muncul adalah pada langkah ke delapan yaitu munculnya opsi lain atau trilema. Sehingga pengambil keputusan membuat pilihan lain yang kreatif.
Sebelum mempelajari modul ini, pendidik pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi dilema etika. Pendidik mengambil keputusan dengan melihat regulasi yang berlaku dan demi kepentingan sekolah. Langkah pengujian keputusan yang diambil tidak sebanyak yang dipelajari pada modul ini.
Mempelajari modul ini tentu memberikan wawasan yang lebih luas kepada pendidik, dan juga meningkatkan keterampilan dalam mengambil keputusan yang bijak. Setelah mengikuti pembelajaran modul ini tentu pendidik harus mampu mengambil keputusan yang lebih bertanggung jawab dan lebih berpihak pada murid.
Seorang pendidik yang sering menghadapi kasus dilema etika maupun bujukan moral, penting sekali mempelajari modul ini, agar dapat mengambil keputusan yang tepat yang lebih berdampak positif bagi lingkungan, yang berdasarkan nilai-nilai kabajikan universal, yang bepihak pada murid.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun