"Bu, lihat aku dapat pesan. Katanya aku mendapat hadiah tujuh puluh lima juta." Bu Novi menunjukkan pesan SMS di hapenya. Dia nampak senang sekali. Dia berpikir akan mendapat rejeki nomplok.
"Wah, banyak sekali. Hadiah apa itu, Bu? " tanyaku. Seingatku dia tidak pernah mengikuti kontes-kontesan atau undian apapun.
"Ini katanya undian nomor hape, Bu. Aku akan mencoba menghubungi nomor ini. "
"Hati-hati, Bu Novi. Jangan sampai kena tipu, " kataku mengingatkan.
"Iya, Bu. Saya akan hati-hati. " Beliau berkata sambil buru-buru meninggalkanku. Rupanya dia ingin segera pulang dan memberi kabar gembira pada keluarganya.
Esoknya ketika aku bertemu lagi dengan beliau di kantor guru, beliau kelihatan pucat dan sedih.
"Halo, Bu Novi. Kok kelihatan sedih begitu. Kan baru saja dapat hadiah. Buat beli apa saja hadiah sebanyak itu, Bu? " tanyaku antusias. Teman-teman guru yang mulai berdatangan juga ingin ikut mendengarkan cerita hadiah bu Novi.
"Nggak jadi dapat hadiah, Bu. Malah aku ketipu, " jawabnya murung.
"Ketipu bagaimana, Bu? " tanya Bu Indah.
"Iya, Bu. Orang yang di nomor itu minta transfer lima juta supaya hadiah undian segera cair. Langsung saja aku transfer ke nomor rekening yang dikirimnya. Begitu aku bilang sudah transfer, nomornya tak bisa lagi dihubungi. "
Bu Novi menangis. Dia kelihatan sangat kecewa. Dia juga bercerita bahwa dia sudah menangis sejak semalam.
"Sudahlah, Bu. Lupakan saja. Mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini. " Aku bisa menasehatinya karena aku pernah hampir tertipu seperti dia juga. Cuma aku tidak punya uang untuk ditransfer. Jadi selamat deh dari penipuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H