Mohon tunggu...
Mula Efendi Gultom
Mula Efendi Gultom Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Humanis, Loyalis dan Profesional

Lahir di Pancurbatu Deliserdang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangunnya "Jasad" Pancasila

1 Oktober 2020   06:43 Diperbarui: 1 Oktober 2020   06:49 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah 75 tahun Indonesia merdeka, masih saja ada orang yang ingin merubah ataupun menggantikan Pancasila, ini berarti selama kurun waktu kemerdekaan, bahaya laten kisruh akibat tidak menerima Ideologi yang sudah di sahkan masih membara.

Apakah ini hanya karena perkara puas tidak puas, atau Ideologi Pancasila telah menghambat kreatifitas diri atau organisasinya, sehingga timbul niat untuk mengubah Pancasila, tanpa melihat kepentingan Nasional.

Padahal Pancasila telah mengadopsi keberagaman masyarakat Indonesia dalam keyakinan, kenegaraan dan berdemokrasi. Menyatukan semua agama dan suku sehingga dapat melaksanakan kewajiban dan menerima hak yang sama dalam bernegara.

Memang bila kita lihat rekam sejarah negara kita kebelakang, ada gejolak yang beruntun seperti  pemberontakan PKI tahun 1948, Pemberontakan DI TII tahun 1953 dan Pemberontakan PKI tahun 1965. Perbedaan Ideologi telah mengakibatkan perpecahan yang berujung pertikaian antar saudara.

Ini artinya, selama kurun waktu 75 Tahun kemerdekaan Indonesia kita harus introspeksi diri adakah system yang salah atau perubahan ideologi menjadi issu yang joss gandos untuk memancing perhatian dinegeri kita yang "Gemah Ripah Loh Jinawi ini". Sehingga tidak tercapai "Toto tentrem kerto raharjo".

Tantangan Trend Era Digital

Pada era industry 4.0 saat ini masyarakat mau atau tidak mau harus mengikuti perubahan  yang terjadi, dimana informasi tidak lagi dibatasi jarak, waktu dan tempat. Tentunya ini berdampak kepada tren dan gaya hidup masyarakat, usaha yang besar dapat dijalankan hanya dalam satu genggaman gadget digital.

Oleh gadget pula hubungan social semakin luas, namun tradisi dan harmonisasi semakin renggang karena dibatasi oleh bahasa mesin yang monoton.

Akhirnya manusia dipenuhi dengan mesin teknologi tinggi yang membantu gaya hidup, maka kejatuhan manusia yang paling tragis adalah sepenuhnya memuja teknologi dan tanpa disadari menjadi seorang Atheis.

Inilah yang merasuk dibelahan bumi barat, sehingga semakin banyak Atheis yang hanya percaya pada kemampuan kreatifitas akal dan pikiran belaka. Kalau sudah begini, tidak ada lagi ideologi yang dapat diimplementasikan, kecuali superioritas melalui kreatifitas.

Usaha Membangun Pancasila

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun