Siapakah yang dapat meredam kemarahannya? sudahkah kita meminta kepada Yang Maha  Kuasa siang dan malam agar Bumi Pertiwi tetap tenang tidak gonjang ganjing!!! Kita sudah melaksanakan sembahyang, kita percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa namun mengapa adat kita tinggalkan.Â
Karena Adat Patih Gajah Mada mempersatukan seluruh Nusantara, Karena adat Pangeran Samber nyawa tidak terkalahkan, karena adat Sisingamangaraja XII Â memimpin perang yang terakhir melawan penjajah, Karena adat Panglima Sudirman bertahan dalam perang gerilya yang panjang..Â
Sungguh bangsa asing bergetar mendengar nama mereka, setiap jengkal langkahnya adalah memuja dan membela Tanah Bumi Pertiwi, itulah manusianya ber"adab", setiap langkahnya adalah "keramat" karena dipenuhi "berkat" tidak takut "terjerat" apa lagi "sekarat," menghalau "penjajah laknat" dengan tekad "bulat", perjuangan berbuah "rahmat" dipersembahkan untuk " rakjat", bukan untuk"penghianat" yang membiarkan rakyat tetap "melarat".Â
Mengapa tidak ada lagi gemuruh sorak sorai menyanyikan lagu Indonesia Raya di kala matahari terbit di ufuk timur, Â disaat kita mengawali bekerja setiap awal minggu? atau gemuruh lagu-lagu perjuangan disaat menurunkan bendera pada sore hari di akhir pekan?Â
Bumi pertiwi merindukan lantunan suara itu, bumi pertiwi merindukan doa-doa untuk darah dan air mata yang tertumpah diwajahnya karena membela Ibu Pertiwi, tempat di mana pula kita hidup dan mencari kehidupan.Â
Pancangkan dan tegakkan Merah Putih dari ujung ke ujung pulau, disepanjang pantai Indonesia jadikanlah lambang suci gagah Perkasa, menjadi pujaan bangsa dan perwira, kebanggaan anak bangsa. Melihat Merah Putih bagaikan melihat darah dan air mata para pahlawan yang penuh semangat berkobar-kobar. Â
Mendengar lantunan Indonesia Raya seolah mendengar pekik heroisme perjuangan para pahlawan dan berdoa untuk para pahlawan sesuai kepercayaan masing-masing menjadi "kurban" bagi Ibu Pertiwi "untuk memberkati cita-cita luhur bangsa Indonesia makmur adil dan sentosa. Semoga.
  kebon Pala, 29 Oktober 2011
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H