Sepanjang menonton video tersebut, isteri saya yang lugu dan polos itu hanya sibuk berkata, “Ck-ck-ck-ck….” Tapi kemudian pada suatu kesempatan dia bertanya entah kepada siapa, “Lalu kapan mereka orgasme?” Kata saya kepadanya, “Yah, jangan tanya kepada saya. Mana saya tahu? Tanyalah kepada Luna Maya atau Cut Tari……” Kemudian lagi, pada kesempatan lain dia menyeletuk sendiri, “Akh, nggak hebat-hebat ‘kali pun saya lihat punya Si Ariel itu…..” Lalu kata saya kepadanya, “Ya. Tapi yang jelas dia bisa mendapat Luna Maya dan Cut Tari, sementara saya cuma bisa mendapat kau…..” Kata isteri saya lagi menimpali, “Kubunuh kau….”
Setelah selesai menonton, isteri saya kembali duduk di depan teve, disamping anak lelaki kami. Tiba-tiba dengan nada sangat serius dia berkata kepada anak itu, “Hei, jangan sekali-kali kau bikin video yang begitu, ya Bang? Kalau sampai ada videommu yang seperti itu dan beredar pula, Mama bisa mati berdiri…..” Kata anak lelaki saya pula dengan bercanda, “Wuah, nasehat Mama sudah terlambat. Saya sekarang justeru sedang kejar tayang…..” Isteri saya memekik, “Heh?!” Lalu kata saya kepada isteri saya, “Akh, jangan kau dengar ocehannya itu. Anak orang gila itu….”
Sementara kami sedang mengobrol-ngobrol di depan teve, tiba-tiba ponsel saya berdering. Di ujung sana terdengar suara adik saya Daniel Harahap. Dia seorang pendeta. Rupanya fenomena beredarnya video ini membuat dia juga bingung dan terpikir-pikir. Itu bisa saya mengerti. Apalagi, dia masih mempunyai anak-anak yang duduk di bangku SD, yang masing-masing punya ponsel, dan yang masing-masing memiliki akses ke internet. “Bagaimana ya untuk menghadapi fenomena yang seperti ini?” tanyanya. Lalu kata saya kepadanya, “Wuah, saya nggak tahu. Anak-anak saya sudah dewasa. Justeru merekalah sekarang yang pusing, bagaimana menjaga bapaknya dari bahaya fenomena yang seperti ini...." [.]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H