Mohon tunggu...
Mukti Wibawa
Mukti Wibawa Mohon Tunggu... Konsultan Manajemen -

Konsultan manajemen. Motivator bisnis. Membantu meningkatkan penjualan, profit, dan produktivitas pribadi atau perusahaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita itu Satu

1 Maret 2017   16:55 Diperbarui: 2 Maret 2017   02:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hai saudara-saudaraku, sampai kapan kita mau diadu?

(Dikutip dari Status Facebook Mukti Wibawa, 3 Februari 2017)

Pola Pikir Disintegratif.

Menurut ayahku, kita ini dilahirkan sama, pembedanya ada di pola pikir otak kita yang dibentuk mulai dari masa balita, sekolah, kuliah, dewasa, kerja, tua, sampai meninggal dunia.  Siapa pembentuk pola pikir kita?  Keluarga dan lingkungan termasuk sekolah dan berita-berita media masa.  Pola pikir yang sempit, yang eksklusif, yang menganggap diri sendiri paling tinggi dan paling benar.  Pola pikir yang fokus pada perbedaan.  Pola pikir yang membesar-besarkan perbedaan, yang merendahkan dan menjelekkan yang tidak sama.

Bagaimana sebaiknya kita menghadapi masalah militansi dan dis-integrasi ini?  Bagaimana caranya kita bisa menanamkan pola pikir baru, bahwa perbedaan adalah sumber inspirasi dan sumber pengembangan diri?

Perjalanan Wisata Tingkatkan Toleransi.

Momondo, sebuah situs pencari perjalanan wisata asal Kopenhagen, mensponsori sebuah penelitian yang diberi judul “Perjalanan DNA”.  Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami dan mensyukuri perbedaan, karena DNA bisa menjelaskan asal usul kebangsaan kita.  Hasilnya, ternyata DNA kita saling berhubungan dengan DNA bangsa-bangsa lain.  Ternyata bangsa yang berbeda bisa mempunyai lebih banyak kesamaan DNA dengan bangsa lain.  DNA suatu bangsa di suatu negara ternyata punya lebih banyak persamaan daripada perbedaannya.

Momondo kemudian mempromosikan tema “Mari Buka Dunia Kita”, karena ternyata perjalanan wisata terutama keliling dunia sangat penting untuk membuka pola pikir kita.  Penelitian yang diikuti oleh 7.292 responden dari 18 negara ini mengejutkan hasilnya.  76% responden menyatakan bahwa perjalanan wisata membuat mereka mampu berpikir positif, mampu menghadapi perbedaan, mampu menurunkan prasangka dan mampu meningkatkan toleransi pada bangsa yang dikunjungi.

Ternyata semakin banyak melakukan perjalanan keluar kota, keluar propinsi untuk menemui suku lain, atau keluar negara untuk menemui bangsa lain, mengalami budaya lain, dan memahami kepercayaan lain, akan semakin terbukalah pola pikir kita.  Mari kita tingkatkan perjalanan wisata untuk memperkuat persatuan bangsa, karena saat kita mengalami sendiri sesuatu yang berbeda, kita mulai mempunyai pola pikir yang berbeda. Mari kita buka dunia dengan mulai membuka pola pikir kita.  Pola pikir toleransi.  Pola pikir ke-bhinneka-an.

Fitsa Hats Taman Ratu Jakarta, 3 Februari 2017,

Mukti Wibawa


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun