Mohon tunggu...
Muktasyaf HudaNasrullah
Muktasyaf HudaNasrullah Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Pena yang tajam seperti jarum kristal yang menusuk disetiap relung jiwa. Kemudian memuncratkan mata air panasnya yang berupa tulisan-tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pada Dasarnya Semua Ini Paksaan untuk Kita Merajut Kehidupan

29 Mei 2023   01:02 Diperbarui: 29 Mei 2023   01:07 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
muktasyafhuda.nasrullah@gmail.com

Kita tahu bahwa kenapa selalu saja semua yang menjadi ingin dan harapan jarang sekali terwujudkan sesuai dengan angan dan ingin kita?, Kenapa semua hal-hal yang kita ambisi kan belum menjamin hasilnya akan sesuai dengan pengharapan?, Sekali lagi kenapa wahai semesta?, engkau begitu egois dengan kita yang hidup di dalam mu?, Bahkan kelahiran kita pun bukan kita sendiri yang meminta untuk kita hidup.

Lantas kenapa kita ini ada? Kenapa semua ini seolah-olah memaksa?.

Ternyata memang faktanya bahwa kita tidak sepenuhnya kendali dari apa yang kita lakukan dalam perjalanan hidup yang kita perjuangkan ini, walaupun begitu, paksaan untuk hidup dan menjalaninya itu semata-mata bentuk validasi bahwa kita layak berambisi, kita layak memiliki ingin, kita layak memiliki tujuan, kita layak sekali berkontribusi kepada semesta.

Paksaan tidak sepenuhnya buruk, bahkan karna paksaan itu kita dapat melakukan hal yang sebelumnya kita tidak pernah tahu sama sekali, ternyata memang benar hidup ini pada dasarnya adalah sebuah paksaan.

Walaupun begitu, sering sekali kita merasa bahwa paksaan hidup itu terlalu jahat, atau membuat kita menderita, dan kecewa. Mengapa? Padahal sebelumnya mengatakan karna kita mampu, karna kita layak?.

Jika begitu pertanyaannya, jelas tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah merasakan penderitaan, dan kekecewaan, kita hanya berada dalam lingkup harmonisasi kehidupan, kita hanya terjebak dengan peran yang berbeda. Namun sebenarnya memiliki beban dan masalah yang sama beratnya, memiliki paksaan yang sama besarnya.

Kita hanya perlu berdamai dan menerima peran kita masing-masing jika memang kita sudah berusaha semaksimal mungkin namun tidak terwujud akan ingin yang dituju. Kita hanya perlu membiasakan untuk menghilangkan kata maksimal tersebut dan terus berusaha dan terus mencoba, bangkit lagi,lagi,lagi dan lagi.

Kita harus terus percaya kita baik baik saja, kita mampu, dan layak, kita kuat dan sanggup.

Marilah menganggap irama takdir kehidupan yang egois ini sebagai sarana pemicu diri untuk lebih agresif dalam tujuan dan cita-cita. 

Semangat...

Narasi diatas adalah cikal-bakal dari sebuah karya lukis saya tantang mencoba berdamai terhadap apa yang keras dan sulit. 

Jika dari pembaca ingin melihat karya lukis ini bisa langsung ke akun Instagram saya di @_______syaf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun