Mohon tunggu...
Muktar Bona
Muktar Bona Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

langkah kaki

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mental Budak

18 Juni 2018   19:08 Diperbarui: 18 Juni 2018   19:20 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saatnya untuk berterima kasih pada orang tua yang dulunya gentar memerintah untuk belajar. Setelah berpikir lama mengapa dulu dipaksa untuk belajar padahal diri ini tak memiliki hasrat untuk belajar. Terkekang pikiran setiap malam melihat lembaran-lembaran kertas yang hari ini tak ingat lagi apa yang dipelajari. 

Keterpaksaan membuka buku menjadi kebiasaan setiap malam. Akhir semester pun menjadi hantu yang menakutkan untuk melihat dan melaporkan hasil belajar selama bermalam malam. Hanya ada dua pilihan, hukuman atau hadiah. Namun mengamankan diri dari hukumanlah yang selalu menghantui pikiran karena motif dari proses belajar yang dilalui itu hanya sekedar kewajiban atas perintah. Tak ada momen yang membanggakan dari proses belajar selama duduk dibangku sekolah. 

Kebal kuping ini mendengar kata -sekolah karena anak tetangga sekolah-. Pikiran ini menemukan hal lain, mengapa mental belajar dulu seperti budak yang hanya mengenal perintah dan hukuman. Tetapi apakah hari ini masih melihat mental budak ini didunia pendidikan tinggi. Orientasi dari proses belajar sudah berbeda, tak mengenal lagi perintah untuk belajar. Namun perubahan orientasi ini masih membingungkan, pragmatis sudah lengket dalam pikiran. 

Nilai menjadi target dalam proses belajar karena nilai lah yang menjadi salah satu langkah masuk kedunia baru setelah duduk dibangku pendidikan. Jika tidak ada nilai maka niat belajar pun tidak timbul dalam diri. Bangunan motif belajar bukan untuk pengembangan diri atau penambahan kapasitas diri tetapi karena nilai. ternyata masih ada mental budak setelah duduk dibangku pendidikan tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun