Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru dan Rotan Titipan

25 November 2024   15:43 Diperbarui: 25 November 2024   23:50 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusttrasi komunikasi guru dan orangua (Sumber : grid.id)

Syekhah Rahmah duduk tenang. Ia menatap ke depan penuh perhatian. Di hadapannya duduk seorang perempuan paruh baya, ditemani gadis remaja belasan tahun.

Pelan ibu itu menyodorkan sesuatu ke hadapan Syekhah Rahmah, sembari berkata, :

"Tuan guru, kutitipan anakku untuk belajar disini. Ini ada segantang beras untuk makannya, sedikit uang untuk keperluan sekolahnya, serta sebatang rotan. Jikalau macam-macam ia berulah nanti, sila tuan guru pukul dia dengan rotan ini."

Syekhah Rahmah tersenyum. Dipandangnya calon muridnya itu dengan seksama, seakan hendak memastikan kebulatan tekad. Ia lalu berkata pada si ibu,

"Bawa kembali uang ini, Amak. Insya Allah disini sudah cukup persediaan untuk keperluan sekolahnya. Gunakanlah untuk keperluan yang lain. Biarlah beras ini saja untuk makan si gadis. Rotan ini pun akan saya pakai seperlunya."

Pada akhirnya, Syekhah Rahmah tak pernah mengeluarkan rotan itu dari penyimpanannya. Diam saja ia di dalam lemari, sampai sang gadis lulus menuntut ilmu.

***

Filosofi Rotan

Potongan kisah diatas diambil dari buku Perempuan yang Mendahului Zaman karya Khairul Jasmi. Sebuah novel-biografi yang mengungkap kisah tentang Rahmah el Yunusiah, pendiri Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang, sebuah sekolah perempuan pertama di Indonesia, sekaligus salah satu tokoh pendidikan revolusioner dalam sejarah.

Satu hal unik dapat kita lihat dari cerita diatas. Orangtua Minangkabau saat mengantarkan anaknya bersekolah membawa setidaknya tiga benda, yakni beras, uang dan sebatang rotan. 

Bukan sembarang pemberian, pada ketiganya tersimpan makna yang dalam, mewakili sikap orangtua terhadap institusi pendidikan, terutama pada guru yang akan mendidik anaknya kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun