"Coventry looked like a Premier League team and Manchester United looked like a Championship team". – Roy Keane
Entah apa yang diteriakkan Andre Onana kepada Ben Sheaf sebelum eksekusi tendangan penalti kelima Conventry City. Setelah itu, sorotan mata sang kapten seolah menunjukkan keraguan. Alhasil, bola tendangannya melesat tinggi. Mungkin menyusul sepakan Lautaro Martinez?
Upaya Manchester United untuk menginjak final Piala FA berurutan dalam dua tahun jelas tidak mudah. Berhadapan dengan tim dari kasta kedua liga Inggris di semifinal malam tadi, United praktis diunggulkan. Wembley diprediksi menjadi ladang pembantaian.
Tak dinyana. Mereka harus berdarah-darah untuk sampai ke adu penalti.
Unggul cepat dua gol di jelang rehat, Setan Merah melebarkan jarak lewat andil Bruno Fernandes di menit 58’. Namun pertandingan tak usai sebelum peluit panjang. Sisa waktu dua puluh menit cukup bagi Conventry untuk tancap gas mengejar ketertinggalan. United seolah berhenti bermain.
Bahkan seandainya saja tidak diitervensi VAR, bisa dipastikan fan Manchester merah akan bersiap masuk goa untuk beberapa hari kedepan. Beruntung, ujung sepatu Haji Wright terperangkap offside. Nyaris!
Kejengkelan penggemar jelas terwakilkan oleh komentar Roy Keane diatas. Sebenarnya yang tim Liga Primer ini yang mana, sih? Bermodal permainan tadi malam, jelas Setan Merah tidak datang ke final dengan gagah. Tertatih dan akhirnya seperti merangkak.
Badai Cedera
Erik Ten Hag akan selalu punya jawaban atas performa naik turun MU. Menyikapi penampilan di semifinal piala FA malam tadi, Ten Haag memaparkan badai cedera yang menimpa timnya. Bagaimana tidak, tak kurang dari delapan pemain andalannya sedang terkapar di ruang perawatan.
Lini paling gawat tentu saja barisan pertahanan. Empat bek tengahnya sedang menjadi pasien rawat inap. Dalam hari-hari biasa, mungkin agak musykil kita lihat Casemiro berduet dengan Harry Maguire di depan gawang Onana.
Tentu saja ini bukan antitesis taktik Pep Guardiola yang meletakkan John Stones, seorang bek tengah, menjadi gelandang pivot. Bukan, bukan. Ten Haag bukan ikut-ikutan. Situasilah yang memaksanya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!