Perasaan saya sebagai Interista diaduk-aduk bak kena angin ribut beberapa hari belakangan. Bagaimana tidak, Minggu dini hari lalu, tim kesayangan, Internazionale Milano alias Inter Milan baru saja menang 0-2 atas Atalanta. Kemenangan yang memastikan Inter finish di peringkat dua, berselisih satu poin dengan sang juara, Juventus.
Eh, malamnya tahu-tahu beredar berita bahwa karir sang allenatore, Antonio Conte, sepertinya akan berakhir dini. Sontak berita ini membuat heboh. Bikin perut tidak nyaman, seperti sedang naik roller coaster. Ada apa lagi ini?
Mengutip dari twit Jurnalis asal Iran, Nima Tavalley, empat puluh delapan jam adalah waktu yang dibutuhkan Inter untuk menjungkirbalikkan perasaan fansnya.
Minggu, 2 Agustus, dinihari WIB : Finish tertinggi sejak 2010/2011
Terakhir kali tim biru hitam finish di dua besar terjadi di musim 2010/2011. Saat itu mereka harus melihat tim sekota, AC Milan mendulang scudetto. Selepas itu, Inter paling tinggi finish diperingkat empat, yakni sebanyak dua kali pada 2017/2018 dan 2018/2019.
Sepanjang musim ini, di Seria A, Inter mencatatkan hasil 24 kali menang, 10 kali seri dan 4 kali kalah. Inter menjadi tim dengan kebobolan paling sedikit (36 gol) dan urutan kedua setelah Atalanta untuk urusan produktifitas (81 gol).
Kemenangan di Bergamo kemarin juga menandai raihan poin tertinggi Inter (82 point) dalam 10 musim terakhir, sekaligus menyamai poin di musim treble (2009/2010).
Dapat dikatakan ini adalah musim terbaik dalam 10 tahun belakangan.
Rekrutan baru pun tak mengecewakan. Romelu Lukaku melesakkan 23 gol dari 38 pertandingan Seri A, di musim pertamanya. Alessandro Bastoni mencuat sebagai bek menjanjikan.
Kesimpulannya, tiga poin yang diraih Minggu lalu semestinya menjadi penanda musim yang berjalan baik. Optimisme merebak. Dengan perbaikan-perbaikan di bursa transfer, tentu fans berharap Inter akan meraih gelar musim depan.
Namun awan mendung tiba-tiba datang. Antonio Conte meletus.