Saya pening. Sebentar lagi si sulung akan masuk sekolah. Bukan, saya bukan pening perihal peralatan sekolahnya. Semua Alhamdulillah siap. Begitupun soal administrasi sekolah. Yang bikin pening, gadis kecil lima tahun ini sedikit perfeksionis.
Kira-kira demikian hasil pengamatan kami selama lima tahun berturut-turut menjadi orang tuanya. Si Uni, demikian kami menyapanya, adalah tipe anak penakluk. Sifat ini, bersatu pada rasa ingin tahu yang besar, mewujud sosok semua-harus-sempurna dalam dirinya.
Contohnya sederhana. Uni gemar sekali belajar membaca. Semua buku belajar habis dilahapnya. Apa yang tidak tahu ia tanyakan. Tiba-tiba ia ingin pula belajar mengaji. Oke, dilayani.
Kusut kening nya membedakan cara membaca huruf “sa”, “tsa”, “sya”. Ia ngotot ingin tahu. Aih, Ibu sabar sekali mengajarnya. Namun, kegagalan menguasai ternyata menimbulkan kegusaran dalam dirinya. Tanduknya mulai tumbuh.
“Ah, Uni dak bisa!”
Lalu kabur. Dengan mulut manyun, ambil posisi di sudut kamar. Kalau sudah begitu, tak mempan dibujuk. Biarkan saja dulu.
Sumpah, kami sama sekali tak memaksa Uni harus bisa. Tak juga ngoyo diajari membaca. Toh, masih belum genap lima tahun.
Ajaib, beberapa hari kemudian ia sudah mampu melafalkan dengan benar. Bikin kami bingung, koq bisa? hahaha…
Ini bukan kejadian pertama dan satu-satunya. Kisah yang sama sering berulang. Ia belajar, mentok, marah karena mentok, merajuk, belajar lagi.
Ini positif. Semangat ingin bisa itu bagus. sekaligus buat saya pening. Bagaimana nanti ia di sekolah?
Siapkah ia beradaptasi dengan sekolah yang meminta penguasaan banyak sekali mata pelajaran?