Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidupnya Interaksi, Atmosfer Belajar yang Hanya Ada pada Kuliah Tatap Muka

17 Juni 2020   16:11 Diperbarui: 17 Juni 2020   16:23 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perkuliahan tatap muka. sumber gambar: istn.ac.ic

Kabar itu akhirnya datang juga. Senin, 15 Juni 2020 lalu, resmi dikeluarkan Surat Keputusan Bersama 4 Kementerian tentang Panduan Pembelajaran Tahun Akademik dan tahun Ajaran baru di masa pandemi covid19.

Pada satuan pendidikan di tingkat dasar hingga menengah yang berada pada zona hijau, pembelajaran boleh dilakukan dengan tatap muka secara bertahap. Sedangkan pada zona kuning, merah dan oranye tetap diberlakukan Belajar dari Rumah.

Pembelajaran di lingkungan pendidikan tinggi pada tahun ajaran 2020/2021 wajib dilaksanakan secara daring untuk mata kuliah teori. Sementara untuk mata kuliah praktik, sedapat mungkin dilaksanakan secara daring, kecuali pada kegiatan tertentu yang memerlukan praktik langsung di laboratorium untuk kepentingan penelitian. Kebijakan ini berlaku di semua zona.

Kebijakan ini memperpanjang masa belajar online bagi mahasiswa-dosen setelah diberlakukan sejak maret lalu. Jujur saja, pembelajaran daring di perguruan tinggi bukannya tanpa persoalan.

Menumpuknya tugas yang diberikan, keluhan soal sinyal dan kuota internet, hingga tidak maksimalnya pencapaian pembelajaran menjadi sejumlah permasalahan.

Bagi saya pribadi, permasalahan-permasalahan di atas menambah kegalauan dalam pembelajaran daring selama ini. Ada sesuatu yang hilang dari perkuliahan. Sesuatu yang tak dapat ditemukan dalam pembelajaran daring.

Perkuliahan tatap muka, bagi sebagian dosen dan mahasiswa bisa jadi adalah hal yang menjemukan. Mendengarkan ceramah dosen. Argumen teman, belum lagi omelan dosen ketika mahasiswa datang terlambat.

Namun perlahan, kuliah online di masa pandemi jutru menyadarkan bahwa ada yang hilang sejak berlakunya pembelajaran daring : Atmosfir belajar, terbungkus dalam interaksi yang hidup.

Berdasar pada pengalaman pribadi dan diskusi dengan kawan-kawan pengajar, pada interaksi dalam kuliah tatap muka yang dinamis, akan kita temukan beberapa hal berikut.

Antusiasme

Jujur, saya rindu masuk ke kelas, mengucap salam, kemudian dijawab serentak. Penuh semangat. Lalu memulai kelas dengan ngobrol ringan, games sedikit, icebreaking. Kesemuanya akan menghasilkan antusiasme yang gampang diukur.

Tertawakah mereka? Semangatkah? Bosankah? Gesture dan raut wajah tak dapat menipu. Bandingkan dengan membuka kelas di grup whatsapp misalnya. Begitu mengucap salam akan dijawab secara bergantian. Terpaksalah menunggu dulu, baru mulai lagi.

Bagi saya yang terbiasa memulai kelas dengan ngobrol-ngobrol ringan dulu, menduplikasi hal tersebut di dunia maya tu susah! Apa serunya nge joke yang disambut emot tertawa? Jadi curiga, benarkah mereka tertawa atau cuma basa-basi?

Bila pertemuan melalui aplikasi seperti Zoom pun sama saja. Ada mahasiswa yang cuma masang wajah hadir saja. Belum lagi kalau sinyal internet nya putus sambung. Tahu-tahu dari 30 mahasiswa hanya sisa 20 atau setengahnya. Yang lain? Habis pulsa, pak! Sinyal hilang, pak!

Senyuman

"Senyuman asli, tak terganti dengan emoticon, Bang".

Begitu kata seorang kawan yang juga pengajar. Benar. Bertemu langsung , belajar bersama, ada bonus interaksi yang tak kan didapati di kelas virtual. Senyuman tulus. Asli. Bukan emoticon ataupun sticker yang kadang sekedar basa-basi. Ah, siapa yang tak suka kelas yang penuh senyuman dan riuh gelak tawa?

ilustrasi interaksi mahasiswa. sumber foto: binus.ac.id
ilustrasi interaksi mahasiswa. sumber foto: binus.ac.id

Mengukur Pencapaian

Terkadang dalam mengevaluasi hasil perkuliahan, kita terbantu dari pengalaman keseharian. Interaksi yang intens setiap pertemuan memudahkan dosen dalam memetakan pencapaian mahasiswa. Ada tipe mahasiswa yang aktif dan argumennya berisi. Ada juga yang asal aktif. Pokoknya bunyi dulu!

Tipe mahasiwa berikutnya adalah yang jarang bersuara dalam kelas, namun lebih pandai menunjukkan kemampuannya lewat tugas tertulis ataupun proyek. Kesemua tipe mahasiswa ini bisa kita simpulkan dari pertemuan kelas.

Saya termasuk orang yang tidak percaya bahwa ujian adalah alat ukur mutlak pencapaian peserta didik. Banyak sekali factor yang mempengaruhi pencapaiannya dalam ujian yang hanya dua kali dalam satu semester itu. 

Kurang tidurkah, dapat contekan kah, dapat ilhamlah. Macam-macam. Namun pola keseharian tidak dapat memungkiri ukuran pencapaian sebenarnya. Itulah yang asli!

Membaca Wajah

Saya suka sekali menilai ekspresi wajah seseorang. Gesture dan bahasa muka itu murni, mengungkapkan kondisi sebenarnya.

Sering berkedip, gelisah kanan kiri, biasanya menandakan ada apa-apa.

Kening berkerut, berbisik kanan-kiri, duduk menyandar dan kemudian melipat kedua tangan di dada, maknanya ada yang tidak ia setuju dari penjelasan dosennya. Namun tak berani membantah!

Mana berbinar, senyum sumringah, duduk sedikit digeser kedepan, ia ingin tahu lebih banyak.

Tatapan kosong, tangan menumpu wajah, tak ada suara, artinya ia bosan! Icebreaking!

***

Bagi saya pribadi, sejatinya mengajar adalah ngobrol. Ngobrol yang enak, tanpa sekat-sekat, pakai bahasa yang sama-sama nyambung. Agar kemudian mengalir ilmu yang kita maksudkan. Bahkan bisa jadi kitalah yang kemudian dapat banyak pelajaran.

Materi kuliah yang terhubung ke  kehidupan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, membuka mata, bahwa sesungguhnya ilmu ada dimana-mana. Bukan monopoli dosen semata.

Ngobrol, menciptakan atmosfir yang tak terganti dengan belajar daring. 

Cepat pulih negeri, biar bisa ngobrol dan main-main lagi di kelas!

Curup, 

17.06.2020

Muksal Mina Putra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun