Atau pernah dapat cerita bahwa ada konsumen narkoba, pelaku kejahatan, yang justru berasal dari keluarga yang notabene dikenal sebagai keluarga saleh.
Saya pernah ngobrol dengan seorang tenaga pengajar di sekolah Islam yang terkenal di daerah kami.
"Anak-anak disini kalau soal otaknya luar biasa, pak. Hafalannya apalagi. Tapi adabnya bikin saya miris"
Garis merahnya adalah, ada yang tidak pas dalam pengajaran agama pada anak-anak ini. Bukankah seharusnya beragama menjadikan seseorang lebih baik? Mungkin kita terlalu terlalu fokus dan terlalu dini menjejalkan syariat. Sehingga anak kemudian akan tiba pada tahap "muak" dan akhirnya malah lari dari syariat. Entah secara terang-terangan ataupun diam-diam.
Bukankah Allah sudah menyuruh mengajarkan shalat pada usia 7 tahun? Maka patuhilah. Ingat, 7 tahun. Di bawah usia itu, yang diajarkan bukanlah syariat, tapi cinta pada syariat itu sendiri. Dalam pendidikan anak, tidak berlaku konsep "lebih cepat lebih baik". Yang ada adalah "berkembang sesuai fasenya"
Imaji Positif
Dalam kajian Fitrah Based Education, keimanan itu adalah fitrah. Sudah terinstal dalam diri tiap manusia, sejak dari dalam kandungan (Qur'an surat al-A'raf ayat 72).
Ketika seorang manusia lahir, maka tugas orang tuanya lah untuk mengembangkan fitrah tersebut sehingga akan mengkontruksi akhlakul karimah (perbuatan yang mulia) atau karakter moral yang akan menjadi pegangan dalam hidupnya.
Fase usia emas (0-7 tahun) adalah masa esensial untuk mengembangkan fitrah keimanan anak. Tentu bukan dengan doktrinasi ataupun penyempalan materi-materi kognitif, namun dengan membangun imaji positif untuk menanamkan kecintaan terhadap Allah, Rasulullah, dan Islam.
Bangunlah gambaran yang positif tentang agama Islam ini sedari dini, sehingga yang terbangun kemudian adalah cinta pada syariat. Bukan muak terhadap syariat.
Ada beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan, misalnya :