Ketulusan dan keikhlasan para pahlawan di masa lalu dalam berjuang merebut kemerdekaan Indonesia patut diteladani oleh generasi muda. Hal tersebut harus diteladani, agar bisa berbuat baik kepada semua orang.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua MPR RI Yandri Susanto, saat menyambangi Kantor DPP LDII pada Kamis (9/10).
Ia menegaskan keteladanan yang dapat diambil dalam peringatan Hari Pahlawan adalah ketulusan dan keikhlasan para pejuang.
"Ketulusan dan keikhlasan inilah yang membuat para pahlawan bisa membangun bangsa dan merdeka. Tak hanya itu, setelah merdeka, rakyat Indonesia khususnya Surabaya bersatu mengusir para penjajah Inggris," ujarnya.
Generasi penerus Indonesia, katanya, Â bisa melakukan sesuatu sebagai kontribusi untuk bangsa, meski kecil namun bermakna, "Untuk itu, ketulusan dan keikhlasan ini terus digaungkan kepada generasi muda Indonesia, agar tidak mudah terpengaruh dalam berita yang mengarah ke adu domba," ungkap pria kelahiran Bengkulu ini.
Yandri menyebut, pahlawan di era sekarang ini bukan lagi berjuang melawan dan mengusir penjajah. Menurutnya, pahlawan di masa sekarang ini adalah masyarakat yang bisa berbuat baik ke siapapun, "Dalam hidup bermasyarakat, generasi muda Indonesia diharapkan bisa berbuat baik seperti para pahlawan di pelbagai aspek kehidupan," tuturnya.
Di tempat terpisah, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro (Undip) Singgih Tri Sulistiyono mengisahkan, pertempuran rakyat Surabaya melawan para penjajah pada 10 November 1945, jadi episode penting sejarah bangsa Indonesia, "Indonesia yang baru saja merdeka harus berhadapan dengan pasukan elit Inggris," ungkap Singgih yang juga Ketua DPP LDII itu.
Menurut Singgih, pada bulan Agustus 1945, Jepang masih menduduki Indonesia, hingga akhirnya hengkang dari negara ini usai tragedi pengoboman Hiroshima dan Nagasaki.
"Meski, Jepang telah menyatakan menyerah kalah, 15 Agustus 1945, namun pasukan sekutu yang terdiri dari Amerika Inggris hingga Belanda, itu belum datang ke Indonesia," katanya.
Sehingga mulai bulan Oktober, pasukan sekutu mulai datang, baik lewat Jakarta maupun Surabaya yang menjadi salah satu kota besar di Indonesia, "Nah, kebetulan pasukan sekutu dari negara Inggris berlabuh ke Surabaya, untuk menjaga keamanan setelah kekalahan Jepang dalam perang dunia kedua," ujarnya.
Sejak awal pasukan Inggris tiba di Surabaya, pihak Indonesia mencurigai kedatangan mereka diboncengi oleh pasukan Belanda yang disebut NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies).
"Atas kecurigaan tersebut, masyarakat Indonesia, khususnya Surabaya, takut jika nantinya pasukan sekutu akan membantu Belanda untuk menjajah kembali Indonesia," lanjutnya. Hal Inilah yang memancing kemarahan rakyat Surabaya.
Sejak itu, ketegangan antara pasukan Inggris dan rakyat Surabaya mulai terjadi dan meningkat. Inggris tak menyangka akan mendapat perlawanan sengit dari rakyat Surabaya hingga harus kehilangan jenderal.
Inggris sebagai pemenang perang dunia II dan memiliki tentara profesional dipermalukan dengan perlawanan habis-habisan dari pasukan gerilyawan yang tidak terlatih.
Singih juga menambahkan, peristiwa 10 November ini menjadi hal positif, karena dengan semangat dan kegigihan rakyat Indonesia mampu melawan Inggris yang memiliki tentara dan senjata lengkap. Bahkan tentara Jerman saja bisa mereka kalahkan.
"Apalagi, saat menghadapi Belanda yang sewaktu-waktu datang ke Indonesia. Maka, rakyat Indonesia lebih mampu lagi untuk berhadapan dengan negara kincir angin tersebut," ujarnya.
Singgih menambahkan, pertempuran Surabaya 10 November ini bisa memberikan semangat baru untuk para pejuang Indonesia, "Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya para tokoh agama, seperti KH. Hasyim Asyari yang menyampaikan maklumat mengenai jihad. Yang sekarang diabadikan sebagai Hari Santri setiap 22 Oktober 1945," tuturnya.
Apa yang telah diperjuangkan para pahlawan di masa lampau hingga meraih kemerdekaan pantas untuk diteruskan oleh generasi muda di masa sekarang.
"Para generasi penerus diharapkan bisa merealisasikan cita-cita dan amanah dari pejuang. Yakni, tetap merdeka dan mengisi kemerdekaan untuk masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera yang diridhoi oleh Allah SWT," harapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H