Banda Aceh - Memasuki abad 21 persoalan bangsa kian kompleks. Pengaruh globalisasi memunculkan beragam ideologi transnasional yang cenderung semakin meningkat yang langsung kepada individu melalui gadget.
Di dalam negeri, kemakmuran mendorong perubahan gaya hidup yang memuja materi secara berlebihan. Sementara, kemiskinan memungkinkan seseorang terpapar paham radikalisme yang dianggap sebagai pembebasan beban hidup.
"Berbagai persoalan ini harus disikapi umat Islam dengan menghidupkan kembali tugas pemuka pendapat (opinion leader) dan penjaga gerbang (gatekeeper) informasi, untuk merawat dan membina umat secara langsung. Dua tugas itu bisa diemban sekaligus oleh para juru dakwah," ujar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.
Profesionalisme pendakwah saat ini sangatlah diperlukan. Menurut KH Chriswanto Santoso, para pendakwah atau mubaligh-muballighoh dituntut untuk meningkatkan kompetensinya di bidang agama, sekaligus memiliki kecakapan dalam menyampaikan ayat-ayat Alquran dan Alhadist serta ijma' para ulama di tengah masyarakat.
"Mereka harus terampil dan menyentuh kesadaran umat Islam, agar umat selalu tercerahkan dan mendapatkan solusi atas problematika kebangsaan," ujar KH Chriswanto.
KH Chriswanto Santoso mengingatkan para pendakwah harus memahami pentingnya moderasi beragama. Ia menilai, moderasi beragama dapat menjaga persatuan dan kesatuan di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia.
"Perbedaan itu keniscayaan dalam Islam, namun setiap golongan harus memiliki ruang untuk saling menghargai, menghormati, dan toleransi," tutur KH Chriswanto.
Di era digital saat ini, para juru dakwah dituntut bisa memanfaatkan teknologi informasi sebagai media penyampaian nasehat agama. Selain itu, mereka harus terus meningkatkan ilmu pengetahuan di samping ilmu agama, "Masalah ekonomi, politik, sosial, dan budaya kerap membuat umat salah arah, bahkan terpecah belah. Mereka membutuhkan nasehat yang mencerahkan sekaligus menyejukkan," tukas KH Chriswanto.
Senada dengan KH Chrsiwanto Santoso, Gubernur Jawa Timur Chofifah Indar Parawansa menyebut para pelaku dakwah bisa memanfaatkan teknologi sebagai sarana dakwah yang efektif. Menurutnya, dengan teknologi informasi dakwahnya bisa menjangkau daerah yang sangat luas dan umat yang banyak.
"Kita harus bergandeng tangan untuk meramut umat. Banyak hal yang harus kita lakukan," jelasnya.