Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sistem Joki Karya Ilmiah, Demi Gelar dan Jenjang Karir

13 Juni 2023   10:37 Diperbarui: 15 Juni 2023   08:46 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjokian akademik merupakan permasalahan dalam sistem pendidikan kita. Antara dua pihak, pihak penjual dan pihak pembeli dalam hubungan jual beli 'transaksi' yang sama-sama diuntungkan.

Penomena menarik bahkan serius yang bekaitan dalam marwah akademik yang melibatkan oknum-oknum tertentu. Baik dilakukan tenaga pendidik, peserta didik, maupun pendidik itu sendiri. 

Hal ini terjadi erat berhubungan dengan tuntutan sebuah kewajiban. Seperti kewajiban Tri Dharma perguruan tinggi pada pendidik misalnya. Begitupun dengan tugas perkuliahan mahasiswa. 

Alhasil, praktik perjokian karya ilmiah menjadi kelumrahan untuk dilakukan hanya demi tercapainya tuntutan tersebut. Pendeknya, menggambarkan terpenuhinya akan kewajiban dan ketercukupan syarat untuk sebuah hak yang bisa saja diperoleh atau akan dituju.

Untuk itu, salah satu cara yang bisa dilakukan hanya dengan mengabaikan moralitas akademik. Yakni menggunakan atau memanfaatkan jasa orang lain, jalan instan yaitu istilah perjokian. 

Maka ditilik dilingkungan akademik itu terlihat adanya reorientasi yang mendasari mengapa tindakan ini bisa dilakukan. Disamping adanya persoalan apakah kemampuan seseorang atau karena kesibukan yang mungkin menjadi faktor kemalasan untuk mengerjakannya sendiri.

Ilustrated By: detik.com
Ilustrated By: detik.com

Pertama. Jenjang Karir, Jabatan, Projek Ekonomis

Perjokian dilakukan hanya sekedar untuk menunaikan tugas, tuntutan dalam Tri Dharma perguruan tinggi. Pengajaran, penelitian, dan pengabdian. Khususnya kerap dilakukan pada penelitian. Sebuah amanat perundangan dalam sistem pendidikan nasional, untuk melakukan riset penelitian.

Juga berkaitan akan jenjang karir. Kenaikan pangkat, golongan, jabatan, sertifikasi sangat berkaitan dalam hasil karya ilmiah. Selain memenuhi beban standar cum angka kredit dosen. Misalnya.

Begitupun dengan anggaran penelitian dan pengabdian di perguruan tinggi yang dialokasikan terbilang  cukup besar setiap tahunnya. Honorium dalam penelitian yang menggiurkan secara finansial, dalam artian projek ekonomis penelitian.

Maka tak heran ranah kompetisi positif antar pendidik diharapkan untuk berlomba-lomba  berkontribusi dalam pengembangan keilmuan berdasarkan kualifikasi keilmuan yang dimiliki. Dibuktikan dengan penelitian yakni sebuah karya ilmiah.

Selain itu Post-post berbagai kementrian memberi peluang untuk bisa melaksanakan berbagai riset penelitian. Terkadang berkesan menjadi projek akademis bernilai ekonomis. 

Buruknya, tanpa menghiraukan etika yang seharus dilakukan. Asal dapat jalan apapun ditempuh. Yakni menggunakan joki, jual beli jasa pembuatan karya ilmiah. Atau sistem cucuk comot, modifikasi penelitian orang lain, dan tinggi tingkat plagiasi. adi, disatu sisi patut diapresiasi pada sisi lain juga menjadi miris, munculnya perjokian itu sendiri.

Nah, cukup menggiurkan dengan nilai nominal yang lumayan untuk menambah pundi-pundi keuangan

Hanya demi memenuhi tugas, karir serta bersifat keuntungan rela membayar orang lain untuk membuat penelitian tersebut. 

Adapun berbagai cara seringkali terdengar selain perjokian. 

Penelitian dengan team misalnya. Joki biasanya bisa dari bawahan. Atau dari hasil skripsi/tesis mahasiswa bimbingan yang di edit, dikemas menjadi sebuah penelitian seperti miliknya (karya) sendiri.Tak jarang jual beli ini, dosen sendiri yang melakukan pembuatan skripsi/tesis mahasiswa itu.  

Lantas, fenomena perjokian kerap dilakukan. Mungkin saja dengan prinsip 'simbiosis mutualisme'.

Kedua. Gelar Akademik

Demi gelar akademik. Banyak loh para mahasiswa melakukannya hanya karena beratnya tugas akhir. Malas untuk berusaha pada akhirnya mengupah orang lain dalam mebuat  tugas akahir tersebut. Baik kepada dosen, kakak senior, teman, atau penjajal jasa di luar kampus.

Begitupun sebaliknya, dosen menggunakan jasa orang lain hanya untuk memenuhi tuntutan, kewajiban menggunakan cara ini. Misalnya sedang menempuh pendidikan. Apakah sesama rekan kuliah, rekan kerja, atau bawahannya di tempat kerja.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun