Nah, berbicara tentang dunia perdapuran, maka yang  hadir terlintas dalam isi kepala kita pastinya selalu merujuk pada urusan permakanan dan permasakan, iya kan.
Mulai dari seputar tentang peralatan yang akan digunakan, sayur mayur yang mesti ada dan tersedia, takaran dan racikan bumbu masakan yang pas, menu atau jenis makanan yang akan direncanakan setiap hari.
Yang tak kalah heboh dari itu yakni celotehan disertai umpatan dari barisan para ibu rumahtangga seputar fluktuasi harga yang terkadang naik turun dipasaran, kelangkaan stok barang dan bahkan menyentil kearah urusan internal keluargaÂ
Seperti "aduuuh harga merangkak naik semua ya, tapi belanja dapur ini loh tak kunjung lebih loh dari sih doi, mumet deh ngaturnya tuk hemat."
Secara gender bila melihat urusan perdapuran pada umumnya, tidak bisa dipungkiri yakni berhubungan pada jenis kelamin perempuan kan. Yang mumpuni membidangi hal permasakan, rata-rata dari para ibu-ibu rumah tangga, anak gadis. Pokok eh keahliannya mereka.
Dalam keluarga misalnya, mereka bisa diistilahkan "koki" sebagai kepala unit khusus dibidang ini, tenaga ahli yang mengatur urusan belanja dapur dan ahli gizi dalam keluarga dalam mempersiapkan dan menghidangkan makanan yang terbaik bagi keluarga. Masterchefnya anak-anak dan semua anggota keluarga.
Bayangkan seandainya jika dalam keluarga tidak ada yang pandai dalam urusan dapur, juru masak keluarga, semakin boros dong tuh urusan keuangan he..., dan tidak ada yang mempersiapkan dan menghidangkan santapan lezat dan bergizi dalam rumah tangga, ayo siapa?
Nah pentingkan buat kita belajar masak, dan pentinya sosok yang mengurus hal ini dalam keluarga iya kan...
Bila merujuk akan hal ini yang pada umumnya dominan dilakoni oleh ibu-ibu atau seorang anak perempuan secara persentase yang rata-rata lebih unggul dibandingkan dari kaum pria. Bukan berarti laki-laki  (suami) atau seorang anak laki-laki tidak diperbolehkan kecakapan ini kan.
Bukan juga ingin berarti ingin merebut atau mengambil perannya para perempuan loh, tapi bisa menjadi solusi alternatif dan langka antisifatif tak kalah ada waktu yang memang mendesak untuk seorang laki-laki berperan pada waktu itu.
Misalnya pada kondisi seperti ini yang penulis sering kali amati disekitar kita;
- Istri sedang sakit, pembantu sedang pulang kampung;
- Ditinggalkan istri karena tugas, mudik keorantuanya, atau telah lebih dahulu meninggalkan dunia fana;
- Dominan memiliki anak laki-laki;
- Anak-anak masih kecil semua;
- Sedang berada tanah rantau, jauh dari keluarga;
- dan sebagainya
Maka dengan adanya kondisi seperti ini, maka belajar tentang dunia permasakan tentunya bermanfaatkan. Khususnya mempersiapkan kecakapan ini kepada anak-anak, baik kepada anak perempuan maupun kepada anak laki-laki.Â
Khususnya untuk anak laki-laki jangan sungkan dan malu toh belajar masak, jangan takut bila ada pandangan miring yang dialamatkan kepada kita tak kalah kecakapan ini dicitrakan sebagai laki-laki feminim. Atau apalah itu.
Pokok eeh belajar masak, atau apapun itu pada hakikatnya kini atau nanti justru sangat berguna bagi semua. Bahkan bisa menjadi pekerjaan yang baik untuk digeluti.
Contohnya dapat dilihat dalam acara Masterchef, banyak kan kokinya yang pintar-pintar masak dan bahkan jurinya pun ada yang berjenis kelamin laki-laki kan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H