Kelangkaan minyak goreng membuat para ibu-ibu dalam rumahtangga mengalami mati langkah membuat aneka menu makan.
Sangat jelas bukan amarahnya barisan emak-emak bukan?
Hal ini dapat dilihat dan disimak bagaimana keluhan dan celotehan mereka. Seperti obrolan pagi ibu-ibu saat ngerumpi dan status media sosial mereka.
Gencar dan keras teriakannya menanggapi dari kelangkaan minyak goreng daripada teriakan kaum bapak-bapak.Â
Ketersediaan minyak goreng didapur semestinya wajib ada dan tersedia. Meski harus rela mengantri hanya demi mendapati minyak goreng walau harus dengan harga yang berbeda dari harga biasanya.
Dengan ditetapkannya Harga Eceran Tertinggi (HET) dari pemerintah. Minyak kemasan dengan aneka merk serta variasi harga, tidak menyurut daya beli. Sing penting minyak goreng tidak langka lagi, gumam mereka.
Kelangkaan inipun moment pas yang dijadikan ajang para politikus cerdas negeri ini. Melihat peluang dengan bagi-bagi minyak goreng kepada masyarakat, sebagai bentuk kepedulian.Â
Dengan atribut tertentu tergambar warnanya, motif kepeduliaan opo motif 2024 belaka, karepmu. Yang penting minyak pada gratis celoteh emak-emak. Heheee
Bahkan mengabaikan hingga melupakan penyebaran covid19 varian omicron yang katanya mesti tetap diwaspadai, aduuuh piye toh Pak Bos?
Menjadikan sebuah pertanyaan kita darimana gerangan mereka mendapatkan stok yang banyak itu ya? Kala kita pada bergriliya keliling kemana-kemana hanya demi minyak goreng, tapi mereka? Ya sudahlah jangan dipikiri toh.
Disamping karut marut persolan minyak goreng yang mesti juga dipikiri yakni bulan ramadhan yang jatuh antara tanggal dua atau tiga bulan depan.