Negeriku terbentang dari sabang hingga merouke dilewati kalung zamrud khatulistiwa dengan dua musim setiap tahunnya
Negeriku toleran dikenal dari dulu kala bahkan penjajah pun awalnya disambut dengan tangan terbuka meski diperas pada akhirnya
Negeriku gotong royong ciri kebersamaan, musyawarah mufakat setiap dasar keputusaanya
Negeriku bangsa agraris juga pedayung sampan dilautan lepas, bertaruh bebas pada alam ini
Negeriku alam hijau ranau, terhampar laut biru  membentang, gunung gunung tinggi menjulang, anak sungai mengalir dimana mana, danau kali ada ikannya
Negeriku kaya satwa, flora dan fauna beribu macam jenis kita punya, berjuta kekayaan hayati ada di negeriku
Negeriku beragam etnik dan budaya disetiap daerah, keindahan warna tidak ternilai harganya
Namun sayang seribu sayang dinegeriku kekayaan alam yang berlimpah seperti sia-sia, tanah subur rakyat belum kunjung makmur, sih korupsi semakin menjamur
Adat budaya pudar seiring masa, nilai dan norma jadi simbol semata, kini sudah tak menarik lagi dimata kita
Toleransi berujung rasa antipati, gotong royong   berubah menjadi begerak sendiri-sendiri, musyawarah diganti garis intruksi orang tertinggi, perbedaan jadi perpecahan
Terlalu mudah mencaci maki, ribut sana dan sini, sosok teladan anak negeri tidak terlihat, penjahat bertopeng licik ada dimana-mana, berwajah penipu
Negeriku seakan menjadi tandus ditanah yang subur, oase kemanusian jadi misi kepentingan politis, rasa peduli terukur mata uang, sudah gersang mata hati
Negeriku saat ini seakan sedang merana
Saat ini anak negeri melihat pemandangan 'ngeri' sebuah ironinya ibu pertiwi
Semoga ini hanya mimpi semata, bunga tidur anak negeri yang sedang tidur dalam pelukan ibu pertiwi dikursi tuaÂ
Bahwa ini cerita usang sejarah pengantar lelap tidurmu, nak tentang negeri kita?
Salam
Curup, 14 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H