Sebagai partai pemenang pemilu 2019, dengan perolehan suara parlemen 19,33% dengan jumlah kursi 128 mengungguli parpol lain.Â
Serta berhasil mengantarkan Jokowi di dua periode, maka PDI P memiliki peluang menjadi partai paling berpengaruh bagi parpol lain kan.Â
Kekuatan legislatif dan eksekutif ada dalam cengkraman, dan mampu dijadikan perantara menyukseskan kemenangan politik mendatang.
PDI Perjuangan sudah tentu sangat mudah meminang atau menentukan partai lain diajak tuk berkoalisi, satu partai saja sudah cukup untuk mengajukan sang jagoan, bukan.
Keunggulan partai besutan putri sulung presiden pertama ini, dengan basis massa yang tetap (cukup besar) serta kader militan sudah pasti PDI P sangat diperhitungkan bagi rival, parpol lain.
Namun dan konstelasi dan dinamika politik sekarang, merujuk kesuksesan tahun 2014 dan 2019 yang lalu, ini tidak terlepas dari sosok Jokowi loh. Artinya sosok jagoan rentan mempengaruhi kemenangan.
Tidak dipungkiri pengaruh Bapak Jokowi dalam peta politik PDI P yang lalu berpangruh besar dalam perolehan suara PDI P serta partai yang lain dalam koalisi. Iya toh.
Seandainya pemilu 2014 dan 2019, Megawati sang ketua umum tetap mempertahankan ego, mengotot untuk mencalonkan diri, bisa dibayangkan bagaimana eksistensi partai ini untuk sekarang, bila menepiskan keinginan rakyat kala itu terhadap sosok Jokowi.
Nah, kembali pada konteks dinamika yang sekarang. Kisruh antara sang ketua DPR Puan Maharani putri sang ketua umum dengan gubenur Jawa Tengah, tingkat popularitas dan elektabilitas mereka bersaing untuk maju, menggantikan Pak Jokowi.Â
Maka prihal ini mesti jadi catatan penting yang digarisbawahi oleh elit PDI P. Untuk mengulang masa kejayan kala itu, atau salah dalam menentukan sang jagoan berimbas pada perolehan suara 2024 mendatang.
PDI P sebagai partai besar dan memiliki para kader/elit yang terbilang hebat semua, penulis yakin sang ketua umum sudah memperhitungakan hal ini, sikap terbaik yang mana akan diambil.