Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membangun Bisnis Tanpa Modal di Era Digital

5 Oktober 2021   23:36 Diperbarui: 6 Oktober 2021   02:04 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: kompas.com

Bagi femula yang berkeinginan membuka usaha sendiri bisa dikatakan banyak pertimbangan yang mesti menjadi dasar keputusan untuk membuka usaha sendiri.

Masalah klasik yang seringkali dijadikan kendala utama untuk memutuskan atau memulai usaha baru ketika akan merintis dunia usaha yaitu prihal 'modal'. 

Rencana matang namun modal pada nihil acapkali membatalkan niat seseorang untuk merintis dan memulai dunia usaha yang telah diniatkan.

Disamping faktor ada lain yang mempengaruhi niat berwirausaha. Pengalaman dibidang usaha, sumber daya manusianya, serta aspek pemasaran seringkali menghantui membuat 'bimbang' untuk memulai usaha baru. 

Gambaran takut gagal, takut mengalami kerugian, plin plan dalam berspekulasi terlebih jauh. Alhasil semua yang direncanakan pada akhirnya 'gatot' gagal total, tidak pernah dieksekusi, urung ditindak.

Mengutip perkataan seorang dosen enterpreneur " semasa kuliah. Kita telah melewati tiga fase perkembangan dunia. Siapa yang mampu dalam artian menguasainya, maka saat itu dia menguasai dunia ini, yakni ekonomi dimasyarakat.

Pertama, zaman dimana manusia yang memiliki lahan pertanian/perkebunan dia bisa menguasai ekonomi. Dapat disimak munculnya istilah para tuan tanah (juragan tanah). Terbentuknya dua kelas dimasayarakat petani, kelas penggarap lahan dan sang pemilik lahan di masyarakat.

Kedua, era industri. Siapa yang menguasai industri maka dia dapat menguasai ekonomi serta pengaruh dimasayarakat. Hal ini menjadi titik sentral perekonomian di masyarakat. 

Kemajuan industri negara maju bukti nyata cikal bakal terbentuknya impreliasme dan kolonialisme negara maju, ekspansi ke negara berkembang untuk umenguasai daerah-daerah jajahan. Dengan mengeksplorasi sumber daya alamnya serta memasarkan produknya.

Ketiga,  era teknologi informasi dan komunikasi (digital). Siapa yang mampu memanfaatkan era ini dialah yang dapat menguasai dunia sekarang. Hal ini jelas terihat di era digitalisasi sekarang. 

Fenomena usaha berjejaring dengan menggunakan fitur/ aplikasi dalam memasarkan produk usaha langsung ke konsumen tanpa harus ribet dalam melakukan transaksi dan usaha mempromosikan produk ke konsumen.

Hal ini juga merambah ke pelosok desa wilayah tempat tinggal penulis. Berdiri rumah-rumah usaha masyarakat dalam menyikapi perkembangan era digital, yakni memanfaatkan akses teknologi. 

Berbagai bentuk usaha tanpa tergantung dengan pusat kota sebagai titik sentral geliat perkonomian di daerah selama ini, berbelanja harus ke pusat kota. Karena di desa telah tersedia barang atau benda yang kita inginkan.

Penggunaan media sosial dengan jangkauan luas yang digunakan masyarakat sebagai ajang promosi, iklan produk. Sebagai media perantara dalam mempermudah usaha-usaha yang dirintis. 

Begitupun pemanfaatan seperti Link aja, Shopee, lazada, tokopedia dan sebagainya hingga menyentuh konsumen skala lebih luas bukan hanya kisaran pangsa pasar masyarakat lokal saja namun merambah secara nasional.

Perkembangan ini menuju arah positiv dunia usaha, tidak hanya pada jenis-jenis tertentu juga menyasar ke bisnis waralaba 'kuliner'. 

Jajanan lokal masyarakat yang dapat dijumpai dijajakan dilapak  jual beli dimedia sosial. Serta memanfaatkan berbagai fitur aplikasi dalam melebarkan sayap bisnis mereka untuk dikenal oleh khalayak luas.

Kembali pada judul artikel "membangun bisnis tanpa modal di era digital." Maka cukup menarik bagi kita untuk beralih memanfaatkan teknologi dalam memulai usaha baru yang akan dirintis. 

Jika tertinggal dalam merespon perkembangan zaman sudah tentu jelas akan tertinggal dengan orang lain yang terlebih dulu bergerak.  

Dan telah banyak contoh  usaha yang dibangun harus gulung tikar karena tegerus arus perekembangan teknologi yang semakin maju dan berkembang. 

Dulu jasa tranportasi antar kota hanya menunggu Bus kota dan membeli tiket diterminal, kini mobil travel antar alamat menjamur mempermudah seseorang jika berpergian, tinggal konfir langsung disamperin hingga teras rumah.

Dulu usaha warnet cukup manarik untuk diikuti, namun diera aplikasi android saat ini membuat usaha ini tidak menarik lagi. Semua bisa diakses melalui HP genggam yang kini semua berteknologi android.

Begitupun usaha warung telepon, tokoh-tokoh butik pakaian dan sebagainya harus gulung tikar jika tidak meresepon perkembangan arah teknologi digital saat ini. Fakta yang sudah berlangsung.

Bisnis waralaba pun tak luput dari arus diera digital loh, seperti bentuk pesanan/permintaan jarak jauh. Warga mau apa, cukup hubungi lalu menunggu pengiriman/antar barang langsung ke alamat tujuan

Begitupun keinginan buka usaha seperti butik misalnya. Meskipun tidak punya tokoh, tidak punya modal membeli pakaian dalam jumlah yang besar. Cukup dengan adanya permintaan sesuai dengan yang pembeli ingin, kita cukup hubungi shopee, lazada atau tokopedia lalu bisa kita jual kembali kepada pemesan loh.

Jadi berusaha tanpa harus punya tokoh,tanpa harus memiliki barangnya langsung  cukup dengan memanfaatkan akses digital yang semakin cepat dan simple dapat membuka tokoh sendiri meskipun kita tinggal didaerah perdesaan.

Hal ini juga didukung oleh usaha-usaha jasa yang bergerak dibidang pengiriman, ekspedisi atau agen yang menjangkau disetiap daerah. Semakin mempermudah dalam mendistribusikan produk kepada pembeli. Semakin mendukung masyarakat desa untuk terjun membuka usaha sendiri. Mencoba peruntungan dalam dunia bisnis kan.

Nah, minus modal bukan..

Contohnya, sebut saja Bik Surti si penjual nasi gaprek dikampung sebelah tempat tinggal penulis. Usaha yang ia rintis beberapa tahun yang lalu, yang dulu hanya penduduk setempat sebagai pelanggan setia.

Namun saat ini nasi gaprek bik Surti telah dikenal diberbagai kampung. Tinggal pesan melalui aplikasi atau media sosial barangpun langsung menghampiri/data kepada pelanggan. Tanpa harus repot buang-buang mendatangi warung gaprek bik Surti.

Hal ini juga mulai merambah pada usaha-usaha dalam bentuk lain, cukup pesan barangpun akan tiba menyasar para konsumen. Mau pakaian pesan online, atau langsung ketempat usaha yang telah berdiri diperdesaan. Mau barang bangunan tinggal japri he...

Kembali ke orang desa menyesuaikan diri diera digital sangay efektif dan efisiens dalam menyongsong perubahan. Hal ini juga dalam dunia pertanian, menurutku. Seyogyanya mempermudah para petani menjual hasil buminya selama ini, jangan sampai selalu dirugikan iya toh.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun