Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Parpol "Silent Reader" Jelang Pemilu 2024

22 September 2021   00:10 Diperbarui: 23 September 2021   08:20 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga melintas di depan mural bertema pemilihan umum di kawasan Pasar Anyar, Kota Tangerang, Banten, Kamis (7/5/2020). (ANTARA FOTO/FAUZAN via kompas.com)

Jelang pemilu 2024 yang berkisar kurang lebih tiga tahun lagi terhitung dari tahun 2021 waktu sekarang. Artinya masa jabatan Presiden Jokowi akan berakhir. Begitupun masa legislatif saat ini juga akan usai.

Ini menandakan waktu terus begerak dan pesta demokrasi 2024 akan tiba. Perjalanan waktu serasa cepat, seperti mimpi rasanya kita menggunakan hak suara dipemilu 2019.

Jika kita rakyat biasa saja dapat merasakan putaran waktu terlalu cepat, apalagi petinggi parpol dan politikus parpol lebih merasakan pergerakan ini? Memperkirakan jauh-jauh hari dengan segala persiapan itu.

Parpol mewanti-wanti ajang akbar 2024, tidak bisa duduk diam membaca kalkulasi dan peta politik mendatang. Untuk menang dalam ajang kompetisi antar parpol, menang mesti jadi visi utama parpol.

Kebijakan ke mana arah partai, rencana strategis dalam mendulang suara dan cara meraih simpati publik sudah berjalan dan dijalankan walau tak tampak dipermukaan dalam meningkatkan papularitas dan elektabilitas.

Drama kisruh dalam internal, safari antar petinggi partai, keberadaan baliho ketua sang ketua umum, munculnya berbagai akun simpatisan (relawan), cuitan politikus di media sosial. Bukti nyata menjelang pemilu 2024.

Jadi program kerja elit, kader dan simpatisan parpol mengusung nama bendera tempat bernaung demi suksesi ditahun 2024 nanti. 

Riuhnya prediksi dan nominasi calon bursa kandidat Presiden ramai juga diberitakan. Mengangkat isu serta desas desus figure yang akan maju melanjutkan estafet pemimpin tertinggi tanah air yang baru, menarik nama parpol tuk berspekulasi.

Dipahami pilpres jadi topik hangat diperbincangkan yang bisa menaikan gengsi nama parpol sudah lama telah digaungkan sebagai domain langkah catur, memperhitungkan sosok pilihan yang akan diusung.

Sejauh ini nominator calon presiden dengan variasi latar belakang kandidat versi survei dan analis politik. Dicurigai ajang yang dimainkan tuk membaca tingkat peluang calon yang sengaja diangkat serta membaca tingkat reaksi publik akan figure tersebut. 

Atau, justru jadi media tuk menjatuhkan nominator dengan cara melihat titik lemahnya, pola sekali pukul bikin tumbang, diangkat-angkat lalu dijatuhkan.

Sisi persentase parpol hasil pemilu 2019 suara parlemen dari sembilan parpol yang lolos dari kebijakan ambang batas senayan kecil bahkan tidak dimungkin berhak menentukan calon presiden secara sendiri. Jika syarat presiden harus meraih angka 20%  suara parlemen.

Tak ayal cara berkoalisi antar parpol pun dilakoni. Menunggu diajak atau meminang parpol lain untuk tuk mencukupi persentase dari syarat mengusung seorang presiden. Serta menunggu kehadiran partai baru ikut 'nimbrung' meramaikan bursa kompetisi pesta akbar demokrasi.

Tidak dipungkiri naiknya angka persentase suara beberapa partai pada pemilu kemarin berkorelasi dengan pilihan mengusung seorang calon, ada diuntungkan dan juga dirugikan. Naiknya suara parpol secara signifikan dan turun dratisnya suara partai diparlemen.

Wacana pemilu serentak yang kerap dikumandangkan tak luput jadi pertimbangan setiap parpol dalam debut pemilu 2024. Yang diketahui selain pilpres dan pileg yang biasanya sepaket diadakan yakni kehadiran pemilihan kepala daerah diselenggarakan ditahun yang sama. 

Keberadaan kepala daerah cukup ramai dibicarakan dalam spektrum konstelasi politik nasional. Bisa menjadi penentu untuk dipertimbangkan partai politik dalam menentukan kiblat arah partai tuk begerak.

Sosok figur kepala daerah besar dimungkinkan dapat bergesekan dengan penentuan calon presiden jika tidak sehaluan dengan simpati publik didaerah-daerah. Mengerus suara parpol jika tidak ditelaah secara seksama, versi awamologi.

Kemungkinan kasarnya parpol pusat berbeda dalam mengusung presiden berbeda pula dengan kepala daerah. Yakni kepala daerah dari kader sendiri yang diusung parpol lain yang berseberangan dalam pilpres. Atau koalisi parpol dipusat berbeda koalisi didaerah, versi awamologi entalah.

Dinamika politik yang dinamis yang tidak bisa dipastikan arah koalisi antar parpol. Maka untuk sekarang penulis ingin berbagi tulisan receh " Parpol " Silent Reader" Jelang Pemilu 2024." 

Parpol "Silent Reader" Jelang Pemilu 2024

Kompasianer sudah bahkan mendengar istilah silent reader (SR). Sepemahaman penulis Silent Reader adalah seseorang pembaca hanya 'ngeread' saja namun kurang aktif dalam interaksi perbincangan, bersifat fasif. 

Misalnya digrup whatshap atau grup lain, seringkali dijumpai anggota grup yang bertipe ini. Suka mengendap 'nyimak' grup tanpa ada respon dalam berinteraksi.

Maka dalam konteks politik sekarang, menurutku dari sembilan partai yang ada. Semua menjadi Silent reader menjadi penyimak dinamika politik tanah air. Adem ayem menjelang pemilu 2024.

Dari sembilan partai hanya PDI P dan Demokrat jelas muncul kepermukaan menghangatkan suasana jelang pemilu. Kisruh Puan dan Ganjar, kisruh Demokrat antara AHY dan Moeldoko.

Apakah silent reader berhubungan dengan keberadaan parpol masih dalam barisan koalisi membuat berbagai parpol tidak berani berkoar, berada pada barisan oposisi yang kalah pamor dengan koalisi incumbent, entahlah.

Bisa dimungkinkan silent reader partai politik sekarang merupakan langkah taktik dalam membaca kondisi politik, menunggu moment yang tepat untuk bergerak. Agar peluru tepat pada sasaran.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun