Tujuh tahun yang lalu, saat masih duduk dan sibuk dari tugas kuliah semester atas, menunggu pengumuman jadwal ujian tugas akhir yakni skripsi dengan Best Friend, konco-konco mahasiswa tak kunjung ingin tamat hehe...
Waktu itulah ia mengenalkan lagu yang sangat asing yang tak pernah terdengar selama ini ditelinga. Di sekretariat organisasi tempat berkumpul anak-anak mahasiswa pecinta alam. Ia memperkenalkan lagu ini kepada saya.
Nah, karena tak puas dan penasaran mendengar dari suara HPnya. Akhirnya, di warnet dan 'searching' membuka Youtube dan Mba google tentang lagu genjer-genjer, lagu yang dijadikan tunggangan politik masa silam.
Katanya "nih ada lagu bagus untuk didengar, tapi dilarang dinyanyikan dan diputar ke publik semasa pemerintahan Presiden Soeharto, saat berkuasanya orde baru."
"Judulnya Genjer-genjer dalam bahasa Jawa khususnya dari Banyuwangi, lagu propaganda Partai Komunis Indonesia (PKI) yang lalu."
Lagu Genjer--genjer karya seniman asal Banyuwangi Muhammad Arief pada tahun 1942. Dan dipopulerkan oleh Lilis Suryani dan Bing Slamet.Â
Lagu dimasa pendudukan tentara Jepang. Menceritakan keadaan  kemiskinan dan kelaparan mengisyaratkan kesusahan dan perjuangan rakyat tertindas.
Lirik Genjer--genjerÂ
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler,
Genjer-genjer nong kedokan pating keleler,
Emake thulik teka-teka mbubuti genjer,
Emake thulik teka-teka mbubuti genjer,
Ulih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulih,
Genjer-genjer saiki wis digawa mulih.
Genjer-genjer isuk-isuk didol ning pasar,
Genjer-genjer isuk-isuk didol ning pasar,
Dijejer-jejer diuntingi padha didhasar,
Dijejer-jejer diuntingi padha didhasar,
Emake jebeng padha tuku nggawa welasah,
Genjer-genjer saiki wis arep diolah.
Genjer-genjer mlebu kendhil wédang gemulak,
Genjer-genjerr mlebu kendhil wedang gemulak,
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak,
Setengah mateng dientas ya dienggo iwak,
Sega sak piring sambel jeruk ring pelanca,
Genjer-genjer dipangan musuhe sega.