Darahku memerah, jiwaku berpacu
Menantang gejolak
Membara deras di dada ini
Kugoreskan kata, kutulis syair
Kujadikan nada
Kunyanyikan gejolak jiwa....(Satu Jiwa by Power Metal)
Musik dan Faktor Selera
Ditengah deras dan ketatya kompetisi blantika musik ditanah air saat ini. Dengan bermacam genre musik yang ada, mesti diapresiasi. Sebagai perkembangan yang baik untuk para seniman tanah air dalam menorehkan mahakarya terbaik pada dunia permusikan.
Sebagai penikmat seni dalam artian suka dengan namanya musik. Maka tak heran banyak penanyi atau lagu-lagu tertentu yang menjadi favorit, karena sejiwa akan bait yang disampaikan serta irama musik yang nyentuh sekali dihati, alunannya nyesek banget.
Ketertarikan pada genre-genre tertentu misalnya erat berkaitan pada faktor selera masing-masing kita. Dari yang suka jenis musik dangdut hingga keroncong pun pasti memiliki para pengemarnya diantara kita.
Mungkin saja diantara para kompasianer memiliki kesamaan dalam hal ini kan, sama-sama mengidolakan jenis musik tertentu dan ngefans sekali pada penyanyi tertentu.
Terlepas atas alasan apa yang menjadi latarbelakang rasa suka dan tidak tentu kita punya alasan tersendiri dalam menilai keindahan suatu seni, salah satunya dalam musik.
Nah, kembali pada faktor selera kita ada sebuah istilah lama "rambut sama hitam, pikiran lain-lain." Yakni sunatullah manusia diciptakan Tuhan selalu dan pasti berbeda satu sama lain. Jadi perbedaan tidak perlu diperdebatkan, jika suka dengan nilai seni bukan.
Begitupun dalam dunia musik. Ada yang suka karena penyanyi yang aduhay, semok dan bohay. Ada juga yang suka karena lebih tertarik akan karyanya memang bagus dan bernilai seni. Pokok eeh bebas alasannya, sing penting akur--akur wae.
Merujuk pada rekomendasi musik topik pilihan kompasiana. Penulis yakin dan percaya, kompasianer sudah tentu telah memiliki jago masing-masing dalam hal ini. Baik dari musik ditanah air maupun musik dari negara lain.
Termasuk penulis sendiri memiliki beberapa band atau penyanyi lho yang disukai baik dari negara sendiri maupun dari negara luar. Lagu-lagu yang sering penulis putar disetiap waktu, waktu santai atau sedang beraktivitas sekalipun.
Seperti Dewa19, Iwan Fals, Broery Marantika, Iyet Bustami, Sammy Simorangkir, Ada Band dan jika dari mancanegara band Iklim dari negara Jiran, Scorpio, Celine Dion dan Queen meskipun penulis tidak tahu apa sih arti lagunya, pokok ehh geleng-geleng dan angguk-angguk hehe... kalau teman-teman siapa ya idolanya?
Jika melihat nuansa dunia musik saat ini, secara subyektif bukan artian tidak suka dengan perkembangan musik saat ini loh, catett.Â
Kok serasa gersang kurang berjiwa serasanya. Lagunya hanya sekedar menghibur mengejar 'tranding' ketimbang nilai seni yang sarat akan keindahan karya yang berjiwa. Kasarnya hanya mengejar viral dijagad maya, lalu hilang dan tidak pernah terdengar lagi.
Misal, terlalu banyak yang mengcover para penyanyi asli, bernyanyi lipsync saat pentas. Belum lagi pengaruh musik luar yang kurang pas untuk ditiru secara total, karena tidak cocok pada karakter budaya kita, menurutku. Latarnya terlalu vulgar dan senonoh, lirik yang seperti? Serasa hilangnya nilai adab. Menurutku.
Dan lagu-lagupun mudah sekali raib hilang entah kemana, dua bulan menjadi viral dan padam secepat angin. Sangat berbeda dengan tembang-tembang lagu orang dahulu, yang hingga saat ini masih saja selalu enak untuk didengar. Diputar kembali.
Tembang kenangan yang jadi lengenda. Bait/lirik sarat akan makna dan irama musik yang klop, bahkan sampai bisa menitikan air mata, kaki dan jari bergerak sendiri saat musik diputar, ini seni bukan. Tanpa sadar mempengaruhi jiwa dan raga pendengar.
Meskipun lahir diera mileneal, penulis akui musik orang dahulu sangatlah jempolan. Benar-benar memiliki jiwa, seperti unsur rasa sangat terasa, kena banget. Seperti pengalaman saya Din, celetuk Badu. Waktu si Surti dipinang orang lain, hu...
Penulis masih akui dan acungi jempol para seniman dalam permusikan tanah air, baik dahulu ataupun sekarang. Yang telah menelurkan karya-karyanya yang menggugah rasa ditengah gempuran dari musik luar maupun para pembajak pencuri hak cipta hanya demi kontens.
Kembali pada topik pilihan aggitan kompasiana tentang musik Rock sepanjang masa. Maka dalam artikel receh kali ini penulis ingin rekomandasi satu band rock yang cukup terkenal sebagai hiburan yang enerjik, berteriak mamacu andrenalin, salam metal.Â
Power Metal Band Rock Indonesia.
Inilah satu band Rock yang bagus untuk didengar. Band Rock asal Surabaya. Digawangi Ipunk (gitar), Arul Efansyah (vokal), Ecko Dinaya (drummer), Endro (bas), Raymond Ariasz (kiboard).
Telah banyak menorehkan album-album nyentrik 'cadas'. Diantaranya lagu satu Jiwa seperti diawal tulisan ini. Dan lagu dibawah ini pasca tsunami di Banyuwangi 'timur tragedi'. Lagu favorit.
"Timur Tragedi"
Bila laut pasang tak terkendali
Tsunami datang menyapu bersih
Bila tanah mulai memecah belah
Hempaskan milik seluruh kota
Seisi negeri jadilah hamparan
Tersisa hanya puing kehancuran
Banyak jiwa tertimbun mati...dst
Lalu, bagamana dengan musik Rock kita saat ini?
Sepengetahuan penulis ada dua band Rock yang sering terdengar ditelinga seperti Superman Is Dead dan Kotak yang cukup cadas, dan yang lain lebih ke genre slowrock.Â
Dan tantangan terbesar bagi para rocker tuk menorehkan karyanya kembali dengan membangkitkan marwah 'metal' mewarnai dunia blantika musik tanah air.Â
Bahwa musik rock bukan sekedar teriakan tanpa jiwa, namun musuk rock selalu berjiwa dalam setiap lengkingan dan jeritan histeris selalu ada rasa yang amat dalam dalam teriakan.
Salam Metal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H