Kasarnya, kalau bandel nggak mau nurut apa yang dingginkan mereka, awas! Perang bayangan negara-negara berkepentingan dibalik kisruh yang memang sengaja untuk diciptakan, entahlah.
PR lain Taliban, yakni keyakinan ideologi. Dengan kerasya penerapan/pemberlakuan syariat Islam saat berkuasa 20 tahun lalu. Pemerintahan yang cenderung bersifat otoriter. Membatasi hak dan suara rakyat, pun ditekan
Mungkinkah Taliban mau untuk merubah/berubah atas keyakinan ideologi mereka, lebih moderat dan terbuka dengan dunia luar demi demokrasi Afaganistan? Ya entahlah.
Bila gagal dan cenderung bertahan pada paham yang lama, besar dimungkinkan benih-benih pergolakan/pertentangan dengah rakyat pasti terjadi. Ujungnya perang saudara kembali, Taliban menunggu waktu untuk kembali digulingkan. Bom waktu, menunggu mobilisasi rakyat bergerak.
Bisa saja terjadi, faksi/kelompok separatis melihat peluang ini dan berhasil meraih simpati rakyat. Maka, eksistensi Taliban pun tidak akan lama untuk bertahan. Banyak contoh pemerintahan bernasib naas, bila mengekang kebebasan Rakyatnya.
Hal ini dapat disimak dari kecamuk perang dibeberapa negara Timur Tengah saat ini. Pembelajaran bagi Taliban.Â
Bagaimana jatuh bangunnya pemerintahan yang sah seperti ajang rebutan berkuasa antar kelompok tertentu, yang merasa paling berhak untuk berkuasa. Kudeta, kudeta lagi dan seterusnya yang selalu berlangsung.
Diiringi perperangan, tragedi berdarah, mengorbankan ribuan bahkan jutaan jiwa penduduk tak berdosa melayang. Hidup di pengungsian, adalah sebuah fakta dari akibat perang.Â
Sungguh miris, gambaran yang menakutkan. Semoga di Negara kita Indonesia tidak akan pernah terjadi, perang saudara. Kalau pun panas  dalam dinamika politik nasional, anggap saja pematangan demokrasi menuju kebaikan. Kita rakyat podo akur-akur wae, pokok eh politik kayak dagelan. Beda itu indah, kan.
Mahalnya Harga Sebuah Kedamaian..Bersyukur kan kita lahir di Indonesia. Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda namun tetap satu jua. Kita orang pada bersaudara. Jangan pada ribut mulu, mengorbankan rakyat demi ambisi pribadi atau golongan. Entar seperti mereka baru pada nyesal, salam damai.
Salam