Tari Kejei dalam bahasa Rejang kami sebut Taei Kejei. Tarian tradisional yang berasal dari tanah Rejang. Bentuk seni pertunjukan yang diadakan dalam berbagai acara di masyarakat. Baik hajatan, pernikahan dan acara lain yang resmi dilingkungan pemerintahan.
Acara penyambutan tamu agung misalnya. Tari kejei dipersembahkan sebagai tarian persembahan dan penghormatan atas kedatangan tamu dari luar, tamu kehormatan daerah Rejang Lebong. Undangan resmi kegiatan kedaerahan.
Maka rangkaian kegiatan ini, penampilan seni tari dan sekapur sirih dari tanah Rejang akan dipertunjukan. Sebagai persembahan dan salam pembuka, selamat datang dikota Curup.
Secara harfiah Tari Kejei makna filosofis yang terkandung dalam tarian hakikatnya adalah bentuk rasa syukur kepada sang pencipta alam serta ucapan terima kasih pada para pendahulu atas apa yang telah dirasakan saat ini.
Melansir dari berbagai sumber rujukan Tari Kejei. Kata Kejei dalam bahasa Rejang bila di Indonesiakan punya arti perayaan besar. Yakni acara Bekejei, Acara perayaan bersifat besar. Bisa acara pernikahan, hajatan, khitanan dan sebagainya.
Lalu Tari Kejei termasuk bagian dari acara Bekejei (perayaan besar) tersebut. Yang konon upacara kejei merupakan yang acara besar bin wah. Bila merujuk dari lamanya acara ini, dari 9 bulan, 3 bulan, 15 hari serta 3 hari berturut-turut.
Serta pemotongan beberapa Kerbau, Kambing atau Sapi sebagai syarat ketika membuka atau ingin melaksanakan upacara Kejei. Oleh sebab itu inilah salah alasan menarik mengapa masyarakat sedikit berminat untuk mengadakan acara Bekejei.
Hanya orang-orang mampu yang sanggup menyelenggarakan acara ini, kan. Hajatan besar untuk orang-orang besar dan mapan secara ekonomi.
Hal ini relevan dengan histori upacara Kejei beserta Tari Kejei itu sendiri, pertama kali dilaksanakan disaat pernikahan Putri Senggang dan Biku Bermano.
Tarian Kejei adalah sakral yang diyakini masyarakat hingga saat ini. Masih mengandung nilai-nilai mistik. Maka selain penari dan pemusik, kehadiran sesajen (sesaji) dan ritual bakar kemenyan dalam pembukaan acara Kejei dilakukan oleh Tuwei Batin (pawang/dukun).
Ritual akan dilakukan yakni pemotongan tebu hitam dan pemberian Langea/langir terlebih dahulu dan penari diberi jampi limau sebelumnya yang disebut dengan istilah anak Sangei.
Penari Tari Kejei tidak diperbolehkan satu suku (marga) yang sama. Masih dalam keadaan suci, pemuda dan pemuda yang masih perawan dan perjaka.
Sebelum Tari Kejei dipertunjukan dibalai Kejei. Ada istilah khusus dalam penurunan alat musik yang disebut dengan istilah 'temu'un gung klintan/temu'un gong'.
Dimulai dengan para penari dengan membawa cerano berisi Sirih sebagai lambang penghormatan. Penari yang terdiri dari bilangan ganjil dan berpasang-pasangan. Pria dan wanita.
Melihat gerakan dalam Tari Kejei yang indah lemah gemulai yang sedemikian rupa. Terbilang lebih sederhana bila dibandingkan dengan gerakan tarian daerah lain. Pada dasarnya terdiri dari 6 gerakan;
Pertama, gerak sembah menari yang bermakna sebagai penghormatan kepada roh para leluhur, kepada tamu agung dan para penonton yang hadir saat acara kejei berlangsung.
Kedua, gerak berderap salah pinggang yaitu gerak yang bermakna sebagai kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.
Ketiga, gerak metik jari sebagai bentuk penerimaan terhadap keluarga atau teman baru.
Keempat, gerak mateak dayung (matahin datung) sebagai makna penyerahan hidup kepada yang Maha Esa.
Kelima, gerak sembah penyudo sebagai makna ucapan terima kasih atas kelancaran dalam melaksanakan Tari Kejei.
Keenam, gerakan yang terakhir yaitu gerak mendayung sebagai makna perpisahan. Baik perpisahan kepada leluhur, penonton, maupun perpisahan sesama penari.
Cerita Sakralnya, percaya atau tidak, terserah. Tapi kejadiannnya ada lho..
Konon, katanya penarinya bisa ketahuan bila tidak suci lagi, Jika terdapat salah satu diantara penari tersebut melanggar, maka akan terjadi keanehan.
Bisa saja terjadi kesurupan atau alat musik seperti Gong, Kulintang, Redap akan pecah bahkan bisa meledak.
Atau mencoba memasukan gerakan hasil kreasi ciptaan sendiri. Dalam tarian, merubah pola gerakan dari tarian aslinya. Saat pertunjukan berlangsung.
Maka, banyak yang terjadi kesurupan diantara penari, dan akhirnya meminta tumbal seekor Ayam Hitam yang dipotong lalu diletakan di Bukit Kaba.
Tanpa ritual khusus seperti orang Rejang dahulu. Secara garis besar pemerintah daerah telah menetapkan gerakan dalam Kejei. Sedang seni tari yang hampir serupa dari Tari Kejei, merupakan tari persembahan kreasi bari yang terinpirasi dari tarian sakral Tari Kejei.
Salam
Sumber Referensi;
Wikipedia
Http//pedomanbengkulu.com 'Tarian Sakral dari Bengkulu' 17 Juli 2018
Http//pojokseni.com 'Misteri Tari Kejei, Tari Sakral Asal Tanah Rejang' 11 September 2015
Http//pariwisataindonesia.id 'Tari Kejei, Tarian Sakral dari Bengkulu' 25 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H