Bahayanya Narasi Politikus, Kejenuhan Rakyat
Maraknya pemasangan baliho bergambarkan ketua umum DPR Puan Maharani, dengan dalih inisiatif kader PDI Perjuangan didaerah. Â
Sebagai apresiasi dan loyalitas ketaatan tinggi kader yang bernaung dibawah bendera partai Banteng. Menuai ragam tafsir.
Asumsi pun berkembang dalam menilai kontek dan konten, sirat unsur atas dipasangnya baliho diberbagai sudut kota.
Narasi politis dari sisi pengamatan analis dan kompetitor politik. Riuh diringi tandatanya? Dasar berargumen, beropini.
Pada satu sisi resfect dengan loyalitas kader daerah/wilayah. Kesetiaannya atas partai. Dan satu sisi lebih menghubungkan nuansa politis. Yakni prihal hajat rakyat di tahun 2024.
Momentum politik katanya. Sudah bukan rahasia umum lagi bila dikaitkan pada kanca perpolitikan. Monuver politik tepatnya, triki yang acapkali terjadi dan selalu berulang.Â
Baik dengan pola yang sama atau bermain sandiwara/drama tak kasat mata. Lazim untuk dilakukan, asalkan motif tujuan yang sebenarnya tercapai.
Begitupun seliweran ucapan selamat 'bangga' pada atlet Bulutangkis ramai kemarin. Poster ucapan selamat dari para politikus, ketara kesan politisnya.
Bila latarbelakang poster gamblang tertera atribut parpol. Notis  politik terlihat gamblang bagi publik, bukan.