Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hakim Sesungguhnya dalam Karya Asrul Sani "Mahkamah" Sebuah Pengadilan Hati Nurani

7 Agustus 2021   01:05 Diperbarui: 7 Agustus 2021   01:10 4371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: goodreads.com

Naskah cerita "Mahkamah, Sebuah Pengadilan Hati Nurani" salah satu karya terbaik dari Asrul Sani selain kisah Nagabonar. Terdapat perenungan menarik pada naskah, kisah yang mengelitik nurani.

Pernah ditayangkan stasiun televisi nasional TVRI pada tahun 1984. Dan dipertunjukan pada tahun 1988 di Gedung Kesenian Jakarta. Pertunjukan drama teater.Bertemakan masa-masa perjuangan.

Diperankan Saiful Bahri sebagai tokoh utama dalam cerita sebagai veteran, Anwar sebagai bawahan di masa perjuangan yang mati dihukum tembak oleh Saiful, dan Murni sebagai istri yang setia mendampinginya disaat sakratul maut.

Kisahnya diceritakan sebagai pesiunan tentara (veteran), tentara di zaman penjajahan. Yang kini sedang menghadapi suatu kebimbangan/kebingungan di saat sakratul mautnya. 

Diambang kematian, ia selalu dibayangi peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu. Peristiwa ini menghantui sang veteran, menjadi penghambat kelancaran proses panggilan menghadap Tuhan.

Dimana ia pernah menjatuhi hukuman mati dengan jalan menembak mati seorang bawahannya. Karena ketahuan berkhianat pada bangsa dan negara. Yaitu membocorkan informasi negara yang bersifat rahasia kepada pihak musuh, pada penjajah.

Selidik demi selidik, pada akhirnya tercium adanya keganjilan atas tindakan sang veteran tersebut, seliweran desas desus tak sedap berkembang yakni alasan mengapa ia menembak sang bawahan. 

Persoalan pribadi Saiful dengan Anwar yang melatarbelakangi tindakan penembakan ketimbang persoalan Negara. Unsur manakah yang lebih besar menyertai dalam pemberian hukuman.

Yang mana telah diketahui Saiful dan Anwar selain dikenal sahabat baik, mereka juga pernah terlibat dalam urusan asmara. Yakni cinta segitiga sama kaki di masa itu. Bersaing dalam memperebut hati si wanita yang bernama Murni.

Yang kini menjadi istrinya yang setia mendampinginya disaat menjelang sakratul maut. Ingatan Saiful terkenang pada Anwar, sahabat yang telah ia tembak mati, rival cinta masa lalu.

Murni kala itu pernah menjadi primadona, menjadi rebutan mereka. Namun ia sangatlah beruntung sepanjang hidupnya. Selain berhasil memperistri Murni. Iapun diganjar dengan prestasi dan berbagai jabatan sepanjang karirnya.

Tapi, disaat sakratul mautnya Saiful penuh dilemah atas peristiwa itu yang seakan menghambat kelancarannya menghadap Tuhan. Dua perasaan tak menentu, benar atau salah atas tindakan yang pernah dilakukam.

Alasan negara-kah atau pribadi-kah dia menembak bawahannya.

Untuk menyelsaikan permasalahan nya, maka diadakanlah sebuah mahkamah persidangan dengan tiga orang hakim untuk memutuskan perkaranya. 

Hakim pertama adalah guru mengaji semasa kecil, yang pernah mengajarkan hal-hal keagamaan.

Hakim yang kedua adalah seorang penulis biografi. Yang telah meriwayatkan sepak terjang dan jejak sang veteran, dalam bertindak. Khusus kepada Negara

Hakim yang ketiga adalah sang atasannya waktu itu. Komandan masa dulu, termasuk sebagai atasan sang Anwar.

Di dalam persidangan. Karena perkara dihadapi sangat alot dan sulit menemukan benang merah, membuat tiga hakim kebingungan dalam memutuskan antara benar dan salah pada perkara. Ketiga hakim mundur angkat topi secara rapi.

Karena tidak ditemukan keputusan, tidak membuahkan hasil. Maka selanjutnya diadakan sebuah persidangan baru kembali dengan hakim yang baru tentunya, untuk memutuskan hasil perkara.

Waktu persidangan baru pun tiba, dengan diam Saiful duduk kecemasan di kursi mahkamah persidangan sambil menunggu sosok hakim yang baru. Hakim yang ditunggu-tunggu.

Kegusaran menunggu menyelimuti persaan Saiful karena sang hakim yang baru belum kunjung datang. Dan tiba-tiba sang terbelalak melihat ada seorang hakim, dikejauhan.

Dengan penuh harap dan ragu dia pun mendekat dan menatap lekat wajah sang hakim baru itu...Dan betapa sangat terkejutnya Saiful ternyata HAKIM ITU ADALAH DIRINYA SENDIRI.

Sumber Rujukan/Referensi

www.hukumonline.com. Mahkamah, Sebuah Pengadilan Hati Nurani: 19 Maret 2007.

Http://m.liputan6.com. Mahkamah Asrul Sani, Pengadilan Hati Nurani Kita: 18 Matet 2007.

Http://m.antaranews.com. Transformasi "Mahkamah" Karya Asrul Sani di TIM: 16 Maret 2007.

SALAM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun