Murni kala itu pernah menjadi primadona, menjadi rebutan mereka. Namun ia sangatlah beruntung sepanjang hidupnya. Selain berhasil memperistri Murni. Iapun diganjar dengan prestasi dan berbagai jabatan sepanjang karirnya.
Tapi, disaat sakratul mautnya Saiful penuh dilemah atas peristiwa itu yang seakan menghambat kelancarannya menghadap Tuhan. Dua perasaan tak menentu, benar atau salah atas tindakan yang pernah dilakukam.
Alasan negara-kah atau pribadi-kah dia menembak bawahannya.
Untuk menyelsaikan permasalahan nya, maka diadakanlah sebuah mahkamah persidangan dengan tiga orang hakim untuk memutuskan perkaranya.Â
Hakim pertama adalah guru mengaji semasa kecil, yang pernah mengajarkan hal-hal keagamaan.
Hakim yang kedua adalah seorang penulis biografi. Yang telah meriwayatkan sepak terjang dan jejak sang veteran, dalam bertindak. Khusus kepada Negara
Hakim yang ketiga adalah sang atasannya waktu itu. Komandan masa dulu, termasuk sebagai atasan sang Anwar.
Di dalam persidangan. Karena perkara dihadapi sangat alot dan sulit menemukan benang merah, membuat tiga hakim kebingungan dalam memutuskan antara benar dan salah pada perkara. Ketiga hakim mundur angkat topi secara rapi.
Karena tidak ditemukan keputusan, tidak membuahkan hasil. Maka selanjutnya diadakan sebuah persidangan baru kembali dengan hakim yang baru tentunya, untuk memutuskan hasil perkara.
Waktu persidangan baru pun tiba, dengan diam Saiful duduk kecemasan di kursi mahkamah persidangan sambil menunggu sosok hakim yang baru. Hakim yang ditunggu-tunggu.
Kegusaran menunggu menyelimuti persaan Saiful karena sang hakim yang baru belum kunjung datang. Dan tiba-tiba sang terbelalak melihat ada seorang hakim, dikejauhan.