Pernahkan Kompasianer Merasakan Stres?
Setiap kita pasti pernah mengalami perasaan tak menentu dari tekanan lingkungan sekitar, baik berupa intimidasi/teror, tekanan dunia kerja, beban tugas perkuliahan atau adanya suatu perubahan yang datang secara tiba-tiba.Â
Diputusin pacar, suami/istri/anak tidak berkhabar, kehilangan anggota keluarga dan sebagai bisa memicu gejala tidak tenang/nyaman pada diri seseorang. Selain faktor diatas.
Karena situasi seperti ini secara tidak lansung mempengaruhi jalan pikiran dan kejiwaan seseorang. Kegoyangan/keguncangan 'syok' ini seringkali dinamakan dengan istilah stres.Â
Bahkan depresi, frustasi, hingga mencapai level tertinggi bisa menjadi gila, bila tidak ditanggapi secara positif dari gejala stres, yakni mencari jalan terbaik untuk mengembalikan rasa tenang itu, dari overthinking menghadapinya.
Stres menurut kacamata ilmu psikologi dan kesehatan didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi keadaan fisik manusia itu sendiri.Â
Ditenggarai dengan gejala ketegangan, kecemasan, bahkan dihinggapi rasa suntuk dan pupus harapan. Perubahan gejolak emosional yang tidak stabil, kelelahan jiwa, dan sangat mempengaruhi kebiasaan yang biasa dilakukan. Yakni etos kerja dan interaksi sosial pada diri seseorang loh.Â
Meskipun stres bersifat sementara dan mampu hilang seketika, stres dikatakan selesai apabila melewati masa-masa yang terganggu bagi individu.Â
Stres bisa berbahaya loh, bila pribadi seseorang dalam menyikapi secara berlebihan atau mencoba lari dari kenyataan ini. Menghindar atau lari dari kenyataan tanpa menyelsaikan secara positiv thinking, justru bukan solusi tepat dari permasalahan/persoalan.
Lari dari sebuah permasalahan, bukan sesuatu jalan yang terbaik dalam menyelsaikan permasalahan, justru menimbulkan permasalahan baru yang semakin rumit. Dengan bertahan dan berupaya menyelsaikannya. Titik terbaik buat pembelajaran pada cerita hidup selanjutnya.
Misalnya, mahasiswa bunuh diri karena terbebani oleh skripsi, usut demi usut disebabkan tugas perkuliahan ini dianggap berat dengan banyaknya revisi dan penolakan dari dosen pembimbing, merasa tidak tuntas serta terbebani karena mesti wisudah ditahun ini. Harapan orangtua yang dijanjikan.
Mahasiswa mengakhiri hidupnya dengan menggantungkan diri dalam kamar kostnya. Berita sempat mengagetkan yang ku baca dari kiriman status teman diakun media sosialnya. Ironis.
Mengutip istilah Stres menurut KBBI online kamus besar bahasa Indonesia. Stress (stres) adalah sebuah tekanan psikologis dan fisik yang bereaksi ketika menghadapi situasi yang dianggap berbahaya. Dengan kata lain stres merupakan cara tubuh Anda menanggapi tuntutan, ancaman, atau tekanan apapun.
Kondisi stres yang sering dialami siapapun itu, baik tua atau muda, kaya atau miskin, juga berkaitan pada setipa aktivitas yang sering dilakukan loh. Pendek kata, manusia sudah pernah mengalami stres toh. Ada yang merespon biasa saja, ada yang tak peduli samasekali dengan hal inim
Untuk berbagai carapun dilakukan seseorang untuk menghilang rasa stres itu. Dari hobi mungkin, atau bahkan dengan mencari hiburan lain untuk menghilangkan rasa penat, untuk membangkitkan rasa segar kembali dari rasa ketertekanan.
Dari mendaki bisa, dari memancing, keluar sejenak dari ruang kerja bisa, mendengar musik/menonton film kesukaan, berkumpul dengan teman-teman sambil berkelakar.
Bahkan meneguk minuman keras atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang pun kerap dilakukan biar lebih plong dan fly. Apakah stres telah usai? Entahlah.
Untuk ada satu alternatif  yang menarik yang boleh untuk dicoba, tuk melepas rasa stres yang kadang mendera. Sehingga suasana hati terbuka, tenang, nyaman kembali seperti sedia kala. New normal kembali.
Dengan melakukan terapi alam khusus yaitu dengan membudayakan kebiasaan bercocok tanam diakhir pekan atau di hari senggang pelepas rasa stres. Barangkali mampu untuk menghilangkan rasa yang tak menentu yang menganggu itu.
Stres dan Kebiasaan Bercocok Tanam
Perumpamaan disaat bercocok tanam. Bayangkan saja waktu menyiangi rumput,mengayunkan cangkul, memotong ranting-ranting kecil dan gerakan tangan saat membuat lobang tanaman. Sebagai katarsis. Wadah meluapkan rasa kesal/amarah.Â
Lalu hirup aroma rerumputan, bunga-bunga, dan tanaman yang Anda ditanami. Untuk mengembalikan rasa segar yang alami. Serta kucek mata Anda dengan pemandangan hijau ranau warna daun, warna warni bunga tanaman.Â
Gerakan tubuh dalam mengaduk tanah menjadi gembur, cermati tata letak keindahan pada titik pikir dan akal Anda. Sirami dengan air jernih, yang bening sehening imajinasi Anda saat itu.
Karena berhubungan dengan benda yang hidup terkadang lebih mengasyikan. Buang sejenak hubungan Anda dari data data laporan kejaran waktu deadline dan benda-benda robotik atau barang tak bernyawa.
Bercocok tanam dalam hal bertani bukan harus berprofesi menjadi petani loh. Bercocoktanam dalam artian aktivitas postif yakni memberi ruang pada jiwa raga agar terasa lebih rileks dengan menghiasi lingkungan, tempat kerja dengan aneka tanaman. Dan menambah kesibukan lain tuk menghilangkan rasa suntuk, jenuh dengan rutinitas. Ya refreshing sejenak.
Bayangkan jika di lingkungan kerja, rumah. Tumbuh banyak tanam hijau, disertai gemericik air. Hening, serta kesegarannya. Rasa Nyaman tenang dengan keadaan ini berlahan pola pikir yang menjadi lebih terbuka untuk berpikir. Menurutku.
SALAM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H