Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Istilah "Belangea dan Kesapo" dalam Suku Rejang

31 Desember 2020   22:05 Diperbarui: 1 Januari 2021   07:44 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekapur Sirih Salam Pengantar Dari Kami Orang Rejang

Kepercayaan Animisme Nenek Moyang Orang Rejang Sebelum Islam

Secara demografi suku Rejang berada di empat wilayah Provinsi Bengkulu. Kabuten Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong, Bengkulu Tengah dan Bengkulu Utara.

Dan telah memiliki kepercayaan sendiri dan diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur orang Rejang. Yakni kepercayaan yang berbentuk Animisme. Kepercayaan pada roh-roh dan tempat keramat.

Hal ini masih sering dijumpai dalam rangkaian acara adat, hajatan bahkan syukuran orang Rejang. Diyakini bahwa arwah/roh dan tempat dikeramatkan bisa memberikan keselamatan serta melancarkan hajat seseorang. 

Harapan turunnya hujan, meminta dikabul momongan, hasil panen meruah, pernikahan yang langgeng. Bentuk keyakinan Animisme yang masih ada hingga sekarang.

Bakar kemenyan dengan pernak perniknya, pantangan yang tidak boleh dilanggar, cerita mitos, dan kepercayaan kepada tempat-tempat tertentu yang dianggap mampu memberikan kebaikan maupun sebaliknya.

Walau untuk sekarang dengan dipeluknya agama Islam sebagai keyakinan. Tidak sertamerta menghilangkan kultur yang biasa dilakukan. Kultur yang pernah ada sejak dahulu kala, peninggalan nenek moyang orang Rejang.

Mungkin ini bisa dianggap bahwa penyebaran Islam masa dulu ditanah Rejang bersifat halus dalam artian melakukan adaptasi budaya terlebih dahulu sebagai metoda pendekatan. Tanpa merombak tatanan yang dipegangteguh oleh masyarakat. Namun dipoles secara pelan bergeser kearah keyakinan Islam.

Sehingga menciptakan bentuk kepercayaan bercorak Islam. Tanpa membumihanguskan kentalnya ajaran para leluhur orang Rejang.

Pendek kata syiar agama apapun tidak akan berkembang dengan baik jika tidak melakukan pendekatan terhadap budaya mereka miliki. Tanpa berkonfrontasi kepada ajaran pendahulu. Adalah cara efektif dan efisien akhirnya bisa diterima.

Artinya pembauran terhadap budaya setempat pada konteks akumulasi konsep dan Infiltrasi pada budaya Masyarakat. Lebih baik penerimaannya ketimbang memaksakan konsep secara memaksa. Tanpa kekerasan.

Jikalau masih dipaksakan maka pergesek-kan yang tidak diinginkan berakhir pada polemik ya konflik. Terutama pada masyarakat yang memilki tradisi yang telah bersahaja. Telah kokoh sejak lama.

Membangun diri tanpa harus merombak total sistem adat istiadat yang ada, dan menerima kenyataan tersebut sebagai suatu proses sejarah yang harus dan mesti terjadi.

Bahkan Islam memanfaatkan keberagaman itu untuk meningkatkan perikehidupan, mematuhi misi ajaran Islam untuk berusaha menciptakan kesejahteraan hidup di dunia dan menyongsong pencapaian keselamatan kehidupan di akhirat.

Bukti-bukti sejarah pengembangan Islam di Rejang, menunjukkan bahwa keberagaman kebudayaan dan perikehidupan masyarakat Islam di Rejang mempunyai hubungan timbal balik. Antara kultur leluhur dan Islam

Selain menjadi kenyataan sejarah yang harus diterima, keberagaman ini juga sekaligus menunjukkan bahwa tingkat fleksibelitas dari ajaran Islam dan para penyiar agama itu sendiri.

Kembali kesubjudul diatas kepercayaan Animisme nenek moyang Orang Rejang Sebelum Islam. 

Misalnya ketika ritual adat, tradisi Kampung yang masih berlaku seperti Empuk Sadie (Cuci Kampung), Blangea Agung (penyucian diri), dan Tamabes Sadie (pengembalian desa seperti sedia kala).

Kegiatan-kegiatan ritual ini baik seperti Sedekeak Bumei (Sedekah Bumi) Atau Tepung Stawe'a (Tepung Setawar) telah menjadi adat-istiadat suku Rejang yang bernuansa Islam.

Sehingga hubungan antara agama dan budaya menjadi sulit untuk dipisahkan. Hubungan adat yang sejalan dengan syariat dianggap telah mewakili cara pandang Islam tradisional.

Pemahaman terhadap ekpresi budaya lokal atas keyajinan Islam dengan melibatkan budaya Rejang dalam totalitas Tradisi keislamannya, menempatkan budaya Islam sebagai refleksi nilai Islam yang diaktualisasikan dalam berbagai aspek kultural manusia.  

Berdasarkan hal ini yaitu sekapur sirih diatas ada dua istilah yang masih berhubungan dengan konteks Animisme yang masih dipercayai oleh Orang Rejang. Istilah "Belangea dan Kesapo" dalam Suku Rejang

Pertama, Istilah "Belangea". Belangea atau Belangir. Adalah kebiasaan yang dianggap dengan melakukannya bisa membuat orang tersebut terhindar dari sesuatu yang tidak diharapkan. 

Terkadang juga Belangea mempunyai daya magis sebagai penakluk pasangan. Karena sesama keras misalnya. Maka belangea dilakukan. Untuk membuat yang dituju patuh/hormat kepada pasangan.

Dengan Belangea juga diyakini dapat membuka aura muncul. Akibat trauma, sakit, patah hati, keinginan yang tertunda dan sebagainya. Menjadi lebih riang, tenang dan semangat.

Nah, kembali pada Belangea yaitu membasahi kepala sebanya 3 kali , 5 kali atau 7 tergantung petunjuk yang memberi jampi pada air yang berisi Jeruk Nipis yang telah dipotong. Dan waktunya pun  tergantung petunjuk.

Melakukan Belangea saat mau nikahan, pergi merantau. Masih lazim diyakini sebagian orang Rejang loh. Yang masih percaya akan hal ini. 

Kedua, Istilah Kesapo. Berbeda dengan Blangea. Kesapo lebih cendrung kearah adanya ta'ak (teguran) dari roh/arwah orang yang sudah meninggal. Dan orang yang kesapo akan mengalami sakit kepala. 

Kata teman seperti sakit kepala diiringan rasa demam. Walau diobat dengan minum pil ataupun suntik misalnya juga tidak dapat menghilangkan rasa sakitnya.

Biasanya orang kesapo. Hanya berbekal kunyit satu ruas berukuran jempol kaki dan kapur sirih yang sudah dijampi. Dioleskan dikedua telapak tangan, dikedua telapak kaki dan didahi.

Terkadang manjur kata teman. Nyeri kepala lambat laun berkurang dan tidak sakitlagi.

Lucu plus takut nih. Kata pejampi yang membuat anda kesapo adalah roh....dia ingin melarang terkadang  juga ingin menegur/ngobrol mungkin.

Kesimpulan. Jadi dua istilah ini yaitu Blangea dan Kesapo dalam suku Rejang. Sangat erat bernuansa mistis/magis. Mungkin ini termasuk kepercayaan Animisme. Kepercayaan Nonek Moyang leluhur kami orang Rejang.

SALAM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun