Pemahaman terhadap ekpresi budaya lokal atas keyajinan Islam dengan melibatkan budaya Rejang dalam totalitas Tradisi keislamannya, menempatkan budaya Islam sebagai refleksi nilai Islam yang diaktualisasikan dalam berbagai aspek kultural manusia. Â
Berdasarkan hal ini yaitu sekapur sirih diatas ada dua istilah yang masih berhubungan dengan konteks Animisme yang masih dipercayai oleh Orang Rejang. Istilah "Belangea dan Kesapo" dalam Suku Rejang
Pertama, Istilah "Belangea". Belangea atau Belangir. Adalah kebiasaan yang dianggap dengan melakukannya bisa membuat orang tersebut terhindar dari sesuatu yang tidak diharapkan.Â
Terkadang juga Belangea mempunyai daya magis sebagai penakluk pasangan. Karena sesama keras misalnya. Maka belangea dilakukan. Untuk membuat yang dituju patuh/hormat kepada pasangan.
Dengan Belangea juga diyakini dapat membuka aura muncul. Akibat trauma, sakit, patah hati, keinginan yang tertunda dan sebagainya. Menjadi lebih riang, tenang dan semangat.
Nah, kembali pada Belangea yaitu membasahi kepala sebanya 3 kali , 5 kali atau 7 tergantung petunjuk yang memberi jampi pada air yang berisi Jeruk Nipis yang telah dipotong. Dan waktunya pun  tergantung petunjuk.
Melakukan Belangea saat mau nikahan, pergi merantau. Masih lazim diyakini sebagian orang Rejang loh. Yang masih percaya akan hal ini.Â
Kedua, Istilah Kesapo. Berbeda dengan Blangea. Kesapo lebih cendrung kearah adanya ta'ak (teguran) dari roh/arwah orang yang sudah meninggal. Dan orang yang kesapo akan mengalami sakit kepala.Â
Kata teman seperti sakit kepala diiringan rasa demam. Walau diobat dengan minum pil ataupun suntik misalnya juga tidak dapat menghilangkan rasa sakitnya.
Biasanya orang kesapo. Hanya berbekal kunyit satu ruas berukuran jempol kaki dan kapur sirih yang sudah dijampi. Dioleskan dikedua telapak tangan, dikedua telapak kaki dan didahi.
Terkadang manjur kata teman. Nyeri kepala lambat laun berkurang dan tidak sakitlagi.