Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Melansir Kata dalam Debat Pilkada Provinsi Bengkulu

30 November 2020   11:37 Diperbarui: 4 Desember 2020   03:37 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrated by; medialampung.co.id

Langit berbintang di atas kepalaku, Hukum moral di dalam batinku (Immanuel Kant). 

Berbicara tentang dunia Politik, maka tidak akan ada habisnya. Berangkat dari fenomena dan fakta yang terjadi, menuai asumsi publik bahwa politik itu kejam. Drama politik selalu dan pasti ada sandiwara, benar adanya.

Apakah politik itu penting, ya. Tanpa politik  kemungkinan roda pemerintahan akan jadi seperti apa? Karena politik adalah kuasa titah dan tata kelola. Runut tata sistem bak pengendali tatanan pemerintah.

Jadi politik merupakan kemestian di setiap pemeritahan, kan. Dan dari analis dan sejarawan telah mengupas fakta dan data setiap bangsa pentingnya politik itu.

Menilik kata politik berarti tentang penguasa. Secara dejure dan depacto yaitu pemimpin dan yang dipimpin. Ada raja dan rakyatnya.

Hups berkaca tata sistem politik di setiap negara dan bangsa manapun tidak sama alias berbeda. Terlepas ideologi dan pola demokrasi yang dianut. Istilah petuah "lain lubuk ya lain ikannya".

Melansir debat pilkada di daerah saya Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong kemarin. Yang tayang di salah satu televisi lokal RBtv. Dan streaming youtube.

Menarik sih disimak dari paparan visi misi paslon. Semua ingin berbuat untuk kemajuan daerah dan mewujudkan kesejahteran rakyat. Yang membedakan langkahnya yaitu program kerja jika terpilih nanti.

Dengan ragam diksi dan narasi persuasif. Memantik mata untuk melirik, membisik telinga untuk terusik, meminta akal untuk logik, dan menyentuh hati untuk bersimpatik.

Namun masih sangat disayangkan versiku, lagi-lagi tudingan atau serangan menudik ke person calon masih menjadi andalan dalam debat. Instrumen pembidik yang bergidik, pembunuhan karakter kata temanku. Bukak aib ketimbang adu argumen dalam paparan program kerja.

Menilai politik dalam skala luas atau sempit, politik adalah kekuasaan dan kepentingan. Ya, terlepas kepentingan apa yang ada disetiap kita. Sing penting rakyat jadi prioritas, lalu kepentingan anda, akh karepmu!

Nah! Karena kita rakyat adalah penting dalam menentukan mereka terpilih. Wajib dong kita menjadi sosok orang penting walau sesaat. Dicari cari seperti mencari obat tuk pasien.

Dinamisnya Politik

Hingar bingar kontestasi politik daerah menjelang pilkada merupakan kelaziman dalam merebut simpati rakyat. Ragam cara lumrah tuk dilakukan. Agar terpilih menduduki hirarki tertinggi didaerah. Yaitu tampuk kepemimpinan.

Dalam dagelan politis, yang akan menjadi kepala daerah adalah orang maju ke bursa kontestasi itu, atau suara terbanyak diantara mereka para calon?

Yang mesti digarisbawahi dalam hal ini, biasanya dalam kontestasi akan terbentuk berbagai kubu dalam masyarakat yang berbeda akan pilihan.

Terkadang menimbulkan pergesekan antar pendukung dari hulu sampai dengan hilir. Yang berujung gejolak sosial, apabila kontes politik dibangun dengan paradigma pragmatis dalam artian sempit memahaminya.

Khususnya buat masyarakat yang masih belum 'mlek' politik. Menjadi imbasnya sebagai kuda tunggangan semata. Nah, kita rakyat harus cerdas kan!

Dinamisnya politik bukan merujuk pada kata salah dan benar. Namun, bertujuan tuk menang dan kalah. Dengan ragam cara bersifat persuasif, pembentukan opini bahkan mobilisasi massa. Jual beli janji disertai transaksi posisi. Dan Tak jarang money oriented adalah senjata mutakhir untuk menang, kan!.

Jika hanya menitik kata benar atau salah, maka terlalu banyak runut materi yang akan jadi bahasan. Sudut pandang, referensi, kaidah kesusilaan dan Standar ideal, seharusnya versi kita. Mungkin standar ganda akan penilaian politik menuai pro dan kontra.

Alih-alih mahkamah konstitusi nantinya akan menjadi bimbang jika semua keluhan sengketa dikabulkan. Dan tak ada lagi yang mau menjadi penyelenggara.

Nah, menjadi catatan penting selagi tahapan dalam kontes besar ini dilakukan seiring dengan aturan yang ditetapkan. Penyelenggara harus punya nyali berhadapan akan kemungkinan, nantinya?

Dan Pihak manapun yang berkecimpung dalam politik. Mungkin lebih memahami apa konsekuensi berpolitik yaitu arena pertandingan dalam rebutan menjadi sang juara.

Semoga pilkada tanggal 9 Desember nanti dapat berjalan baik, siapapun pemimpin yang terpilih nanti adalah orang yang terbaik pengemban aspirasi kita, yang berbuat dari niat yang baik dan bertindak untuk kemajuan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun