Yang tidak tampak dipermukaan, tapi fakta sebenarnya mungkin lebih besar dari data-data statistik yang ada.
Mengapa orang takut cek HIV/AIDSÂ
Pengalaman ini saya ceritakan, ketika memeriksa kesehatan pada sebuah klinik. Untuk melihat tensi darah, kolestrol, kadar gula dan asam urat. Bersama dengan teman beberapa bulan yang lalu.
Setelah diperiksa salah satu perawat klinik, saya dan teman saya sangat terkejut dari hasil yang ia kemukakan. Bahwa saya berpotensi mengidap penyakit darah tinggi. Sedangkan teman saya berpotensi mengidap/mengalami kolestrol.
Dengan panjang lebar perawat pun menjelaskan apa akan dialami oleh kami, serta dengan gejala-gejala dan 'pantangan' yang tidak boleh kami lakukan.Â
Seperti saya tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung minyak, bersantan, buah durian, tidak boleh memakan daging kambing dan sebagainya. Karena dapat memicu tensi darah akan naik, dan katanya tidak boleh berpikir lain-lain.
Dari pengalaman ini, bermacam rasa yang dialami, senang juga ada sedikit rasa takut/cemas. Apalagi dengan pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan cukup banyak.
"bisa tidak jadi makan enak nih, ujar saya dengan teman".
Berdasarkan kejadian ini, mungkin, ketakutan untuk ikut tes AIDS dan HIV dewasa ini yang gencar dilakukan beberapa instansi, seperti BKKBN, Dinkes dan LSM peduli permasalahan seperti ini.
Membuat ada rasa takut, jangan-jangan kita terinfeksi virus HIV dan pengidap penyakit AIDS. Yang mana sering disampaikan bahwa suatu penyakit yang menakutkan, yang belum ditemukan obatnya, kalaupun ada obatnya, sudah pasti besar nominalnya.
Daripada memikir yang bukan-bukan lebih baik, tidak ikutan cek kesehatan/HIV/AIDS. Entar disampaikan bahwa terindikasi penyakit berbahaya, pungkas teman saya.