Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Transparansi, Kejujuran, dan Praktik Korupsi dalam Anggaran Kerja

6 November 2019   09:53 Diperbarui: 6 November 2019   09:57 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya fenomena-fenomena seperti ini merupakan kejadian yang sering terulang. Dan lazim dilakukan. Misalnya, berbagi proyek-proyek anggaran sebagai pendapatan yang istimewa selain gaji utama.

Istilah "seseran" bahkan lebih menguntungkan  ketika oknum yang mempunyai kepentingan untuk memperkaya diri pribadi. Atau lebih dahsyat "memonopoli" setiap agenda kerja bak berbagi roti untuk disantap secara bersama-sama.

Permainan ini, sering disaksikan bahkan diberitakan di media, jelas terbukti bermasalah dengan hukum. Yang menarik banyak pihak, unit kerja, antar lembaga. Seperti persengkolan para oknum untuk menggerogoti uang negara.

Lebih lucu lagi, apabila pihak yang berwenang tidak tahu akan kejanggalan dalam draf anggaran. Berapa nominalnya, apa rinciannya, dan untuk apa?

Korelasi Nilai Kejujuran dengan Prihal Transfaransi

Menurut kamus Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan jujur adalah lurus hati, tidak curang atau ikhlas.  Melihat penomena-penomena kejanggalan anggaran di DKI misalnya, membuat ruang media maya hangat menanggapi kejadian yang dianggap tidak masuk akal oleh publik.

Dan istilah "transparansi" yang sering dihubungkan dengan prihal anggaran, belanja dan biaya-biaya kegiatan, seperti bentuk permainan angaran yang saling menguntungkan.

Kejelasan " jangan main kucing-kucingan" apalagi berhubungan dengan uang rakyat, publik, masyarakat. Di asumsikan sebagai sebab musabab "krisi moneter" yang tidak berkesudahan dan kemiskinan bangsa kita.

Dalam konteks ini nilai kejujuran adalah sebuah kelanggkaan, tranfarasi besar kemungkinan tidak akan dilaksanakan. Berbagai ketakutan akan terjadi dan akan terbukanya ruang-ruang untuk korupsi. Epidemik menakutkan, Jika kejujuran telah hilang pada jiwa birokrat dan aparatur kita. Korupsi pun akan merajalela dan cenderung dilakukan berjamaah.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun