Dan banyak skandal memalukan yang dilakukan dari korupsi, asusila bahkan terjaring pada kasus narkoba. Prihal seperti ini memberikan pemahaman kurang baik bagi masyarakat khusus dalam memberikan penilaian kinerja para wakil yang terpilih.
Rekam jejak yang kelam seharusnya bisa menjadi tolak ukur bagi pemilih sebenarnya untuk menentukan sebuah pilihan dibilik suara. Walau pada nyatanya, kekuatan uang dan janji selangit mampu mempengaruhi kerangka pikir dalam masyarakat. Sifat pragmatis di masyarakat-lah sebenarnya yang memberikan kesempatan mereka untuk duduk dikursi basah.
Studi Banding, Bukan untuk Jalan-JalanÂ
Studi banding sangat kerap terdengar bukan hanya untuk dunia pendidikan tapi di instansi pemerintahan sering dilakukan. Bahkan dilaksanakan beberapa kali dalam setahun. Sangat miris, apakah studi banding adalah termasuk program kerja atau hanya kurang kerjaan? atau tidak ada lagi dikerjaan? Inilah pertanyaan jahil yang selalu menghiasi obrolan akar rumput jika berbicara beberapa kinerja para elit. Dengan pedas "mungkin cari seseran, tambahan pendapatan kata teman saya" .
Idealnya, sebagai perbandingan pada daerah lain yang dituju untuk dipelajari dan bisa diterapkan didaerah asal. Misalnya studi banding pertanian ke daerah yang lebih maju. Diharapkan dapat ditiru bagaimana pertanian mereka bisa semaju itu.
Inilah yang seharusnya menjadi tujuan studi banding, bukan sekedar jalan-jalan semata tanpa ada hasil yang didapati. Apalagi studi yang dilakukan menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah.
Begitupun partisipasi dalam kegiatan seminar atau lokakarya ke daerah lain dengan meng-atasnamakan daerah, tapi hanya datang untuk membubuhi daftar hadir, dapat sertifikat dan foto-foto wah! Tanpa membawa intisari dari kegiatan yang diikuti, sangat miris menurutku.
Jika tidak mampu berbuat sebagai wakil rakyat, semoga pada priode berikutnya 'saudara' tidak terpilih lagi. Atau masyarakat yang masih awam, buta karena uang dalam menentukan pilihan. Sehingga 'saudara' terpilih lagi. Ini jadi keberuntunganmu.
Curup, 10 September 2019
Ibra Alfaroug
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H