Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Literasi Mileneal di Era Digital

20 Agustus 2019   08:33 Diperbarui: 20 Agustus 2019   09:21 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"terlalu banyak orang membuat makam atas hidup mereka sendiri dengan menguburkan talenta-talenta mereka." (G.B. Williamson)

Pertumbuhan dan perkembangan informasi diera digital saat ini memiliki peran konstruktif dalam mengembangkan suatu kreatifitas pada individu. Yaitu instrument eksplor talenta-talenta yang masih terkurung pada diri. Dan sebagai media aktualisasi diri.

Hakikatnya setiap manusia pasti memiliki talenta-talenta itu, yang masih terpendam yang mesti digali atau diasah. Yaitu potensi 'bakat'.  Menurut ilmu Pskologi telah mendefinisikan tentang bakat. Menurut pemahamanku bakat adalah kemampuan dasar yang ada pada diri dan perlu untuk diasah. Sehingga dapat muncul ke permukaan.

Adapun cara pengembangan bakat tidak lain melalui jalan pendidikan, pelatihan, dan unjuk diri. Belajar kepada orang lain dan belajar sendiri "outodidak'. Dengan cara ini maka potensi akan tumbuh dan lebih berkembang  sebagai wujud kita mensyukuri anugerah Tuhan yang besar ini.

Kalau hanya dalam ruang lingkup pendidikan ataupun pelatihan saja. Maka bakat yang hanya bersifat pemahaman teori semata, tidak akan tumbuh ataupun berkembang jika tidak dibuktikan dalam kenyataan. Yaitu dipraktikan ke ruang yang sebenarnnya. Baik dikeluarga, sekolah maupun di masyarakat.

"jika seseorang mempunyai sebuah talenta dan tidak dapat menggunakannya, ia telah gagal. jika ia mempunyai sebuah talenta dan hanya menggunakannya setengahnya, ia telah setengah gagal. jika ia mempunyai sebuah talenta dan belajar menggunakannya secara penuh, ia telah berhasil dengan cemerlang dan menikmati suatu kepuasaan serta sebuah prestasi yang tidak diketahui oleh banyak orang." (Thomas Wolfe)

Pembukti-an ilmu yang dipahami kedalam tindakan. Adalah prihal terbaik sebagai eksprimen terhadap potensi diri. Dan eksplor yang ada pada diri pada sebuah hasil tangan sendiri "kreatifitas". Sejauh mana pemahaman yang dikuasai untuk diujudkan dalam sebuah kreasi yaitu suatu karya. Atau justru berusaha menguburkan talenta/potensi yaitu bakat untuk mati dengan sendirinya.

 "jika anda tidak berusaha melakukan sesuatu melampaui apa yang sudah anda kuasai, anda tidak akan berkembang." (Ronald E. Osborn)

Dalam hal ini saya tertarik tentang potensi tulis menulis. Toh, dari pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi pun kita masih diajarkan membaca? Diajarkan menulis abjad, kalimat atau mengarang cerita? Bahkan kita sering menulis di dinding sekolah, meja dan coret-mencoret buku dengan berbegai berbentuk. Baik berbentuk angka, abjad bahkan gambar lainnya.

Artinya, dunia tulis menulis itu erat dengan kita. Dan mengapa tidak jika saat ini kita mempratikan ke dalam skala yang lebih besar. Dengan menulis apa yang kita tahu, pikir atau kita rasakan ke sebuah laman atau di media?  Dan menjadi sebuah kreasi-kah, karya-kah, atau menjadikannya suatu kebiasaan baru yang postif. Lalu dibagi ke khalayak.

Pendek kata, belajar dan berusaha mencoba menulis tentang hal yang positif. Ketimbang menulis status bohong ke ranah public. Yang fatal dan cenderung menjadi bibit pemicu perpecahan.

Secara realita, saat sekarang ini rata-rata setiap kita pasti memiliki satu bahkan lebih akun media social, lebih-lebih anak zaman Now. Daripada membuat status yang tidak urgen dilaman akun media social yang kita miliki. Lebih bermanfaat jika berbagi tulisan sesama kita.

"tragedy hidup yang sesungguhnya bukanlah karena kita hanya diberi satu talenta, melainkan karena kita gagal menggunakan satu talenta itu." Edgar W. Work)

Era Digital adalah Media Berliterasi

Era digital sekarang ini memberikan ruang lingkup yang luas untuk menggali potensi yang dimiliki. Berbagai informasi-informasi yang bermanfaat dapat dijadikan sumber inspirasi dalam mengasah talenta. Khususnya talenta dalam tulis menulis.Bahkan dapat dijadikan sebagai media untuk mengasah kemampuan yang selama ini terpendam.

Dan menjadi ruang yang baik menunjukan sebuah karya yaitu dunia tulis menulis yang sering disebut  dengan 'literasi'. Era digital sekarang menjadi media positif untuk berliterasi bagi anak muda. Secara kongkrit media literasi erat kaitannya dengan kemampuan menggali potensi tulis menulis yang pasti dimiliki setiap kita. Dan sebagai media untuk berpikir kritis ditengah banjir informasi-informasi luar yang terkadang tidak selalu baik untuk untuk dicerna.

Keterampilan ini seakan membantu membentuk pemahaman dalam sudut pandang kita sendiri. Dan memberikan arah kritis terhadap penggunaan media dari sekedar hiburan kearah yang lebih bermanfaat. Dalam bentuk berbagi informasi kepada orang lain tentang apa yang kita pahami. Minimal mengajak untuk berpikir, merasa dan berprilaku baik.

"berusaha menjadi bukan siapa pun kecuali diri sendiri dalam dunia yang berusaha membentuk anda menjadi orang lain artinya bertarung dalam pertarungan paling keras yang tak akan pernah berhenti dilakukan oleh setiap orang." (E.E. Cummings)

"Ketika anda merasa bahwa anda tidak memiliki apa-apa yang dapat ditawarkan kepada diri sendiri atau orang lain, itu menunjukan bahwa anda belum berusaha melihatnya lebih  dalam lagi." (Danny Cox)

Budaya menulis walau tidak digandrungi sebagian besar dari kita. Tapi, inilah sebenar "tool" untuk melatih keterampilan berpikir yang selama kita pelajari ke dalam sebuah rangkaian kata yang bersisi gagasan, ide cemerlang di bangku-bangku pendidikan. Dan hanya menjadi konsumsi  dari karya-karya orang lain. tanpa berusaha mencoba untuk membuktikan karya kita sendiri.

Dengan perkembangan di era digital saat ini dapat dimanfaatkan dengan menuangkan sedikit pemahaman yang dimiliki ke dalam ranah yang pantas. Dengan memanfaatkan era digital khususnya perkembangan media social ke hal yang bermanfaat. Yaitu budaya literasi pada media.

"jangan menilai setiap hari berdasrkan tuaian yang anda peroleh melainkan berdasar benih yang anda tanam." (Robert Lois Stevenson)

Curup, 20 Agustus 2019

Ibra Alfaroug

Referensi kata-kata bijak

  • Febe Chen, 2009. Menjadi Pribadi Unggul. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Hermawati Kusumawardani, 2010. Metode Kepribadian yang Paling dicari dan Disukai Orang. Yogyakarta: Andra Publishing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun