"Membangun tidak mesti harus berada dibawah sang pengendali, justru mengingat sang pengendali dari marabahaya, jelas bahwa kita ikut serta membangun tanah air ini".
Mendukung Jangan Menjebak
Kekuasaan atau jabatan suatu kata atau nama yang memiliki takaran berbeda dalam aspek sebuah penilaian. Realita sekarang telah menunjukan banyak diantara kita ingin menjadi salah satu di antaranya. Berbagai upaya dilakukan dalam menyatakan kelayakan diri.
Kita seringkali ingin mendapatkan yang lebih dari yang seharusnya, namun enggan untuk mendapati kepingan kecil, seperti kotak yang terpecah-pecah jadi beberapa bagian. Kepingan yang besar yang selalu dinginkan untuk membuat utuh sebuah kotak. Tanpa melihat kepingan kecil yang terkadang berkontribusi besar untuk mebuat kotak menjadi utuh.
Namun yang justru seringkali terjadi adalah, bahwa dalam setiap keinginan terkandung kewajiban dan tanggung jawab. Sisi ini sering diabaikan. Orang mau status dan hak-haknya, tetapi tidak mampu menanggung kewajiban dan tanggung jawab yang ada di dalamnya.
Seperti kekisruhan jatah mentri mendatang, tidak terlepas dari akan status tersebut. Parpol pendukung yang selama merasa berandil besar besar, kemungkinan memburu kursi dijajaran kabinet sesuai dengan yang diharapkan.
Tapi yang mesti dingat oleh pendukung kepada calon yang diusung. Ketika dipercayai terkadang harus berani berseberangan dengan sang Presiden. Ketika kerangka yang dicanangkan lepas dari tujuan. Dalam artian bukan bersifat yes bos, asal bapak senang, siap Pak. Inilah yang seharus dimiliki sang menteri ketika bergabung di kabinet mendatang.
"Kalau mendukung ataupun berteman, ketika teman salah jalan wajib untuk diingatkan, bukan dibiarkan dengan kata iya pak, mantap pak, Akhirnya menjebaknya masuk ke dalam jurang".
Curup, 16 Juli 2019
Ibra Alfaroug
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H