Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Hoaks dan Sengkuni adalah Petaka Kita

8 Juli 2019   08:08 Diperbarui: 8 Juli 2019   08:20 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: Kompasiana.Com

Menurut Profesor Reynald Kasali yang saya kutip dalam acara ILC di TVone "Hoaks bukan hanya membodohi masyarakat awan tapi terkadang membodohi orang-orang cerdas".  Apalagi masyarakat awam.

Ketika informasi yang beredar dengan narasi seputar kemiskinan, pendidikan, unsur keyakinan dikemas apik sedemikian rupa. Tanpa bukti dan tidak bertanggung jawab.  Maka, akan ada terbentuk suatu opini cenderung  menimbulkan plesetan akan kebenaran. "maindsage" pembodohan massal.

Dan cenderung menimbulkan fanatis identitas, dalam hal ini kebablasan akan figure yang  di idolakan. Buruknya, pemikiran ini telah tertanam pada seseorang. Alhasil, setiap kebaikan orang lain selalu tidak baik dimatanya dan kesalahan yang dilakukan idola akan selalu dibela bila perlu dibenarkan.

Di support oleh media salah manfaat kata teman saya. Mereka yang terjebak dalam konteks melek teknologi atau latah teknologi. Atau jangan-jangan sudah menjadi korban teknologi itu sendiri.

Media social tidak dapat disalahkan, media social dalam hal ini. Bagaikan pisau bermata dua. Diantara manfaat dan mudharat. Tergantung pada si pengguna. Untuk apa, baikkah atau jahatkah?

Tapi si penyebar hoaks adalah berbahaya. Mestinya menjadi bahan evaluasi untuk selanjutnya, kebebasan berpendapat harus memiliki rambu-rambu etika. Supaya akar rumput tidak menjadi korban kepentingan politik sepihak.

Hoaks dalam tekstual ataupun kontekstual adalah berita bohong yang diembuskan oleh seseorang atau segelintir orang. Memiliki tujuan tertentu.

Para Sengkuni Bermain Peran

Sengkuni suatu aktor antagonis dalam cerita Pandawa dan Kurawa. Pintar, picik bahkan sangat licik. Memiliki kemampuan  seperti belut. Lihai bersilat lidah. Memukau dalam setiap bait kata. Pendeknya sangat ahli bernarasi dalam segala bidang. Benar dapat disalahkan, salah pun bisa menjadi benar.

Jago meniup api kecil menjadi besar, pintar melihat momen. Sing penting tujuan sang Sengkuni tercapai. Drama-drama manapun, apapun mampu dilakoni. Dalam hal ini Sengkuni memiliki bakat yang luar biasa, tapi kelebihannya memberikan manfaat. Justru digunakan untuk ambisi pribadi.

Inilah salah satu potret, karakter yang sering muncul pada peta perpolitikan. Memanaskan suhu pemilu 2019 menjadi seperti  ini. Pintar memancing di air keruh, menggunting di lipatan. Dalam kata pepatah lama "musang berbulu domba".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun