Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hijrah dari Membaca ke Menulis

4 Juli 2019   11:41 Diperbarui: 4 Juli 2019   12:38 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama. Ketakutan. Yaitu ketakutan untuk memulai. Beban ini seakan menjadi kendala terbesar saat menulis. Kurang percaya diri, malu pada kemampuan sendiri. Hal ini logis jika dibandingkan tulisan kita dengan para penulis profesional. Antara bumi dan matahari dalam istilah lama. Tapi, mereka dapat dijadikan sebagai tauladan yang baik untuk menulis.

Kedua,  Melompat dari Kekurangan. Nikmati kekurangan dalam hal ini bukan "enjoy" akan kekurangan. Tapi, dengan kekurangan bisa menjadi suatu corak sebuah tulisan. Seperti kekurangan pemahaman akan politik tapi lebih menonjol pada fiksi. Ini bisa menjadi isi dan gaya tulisan yang di buat. Yaitu identitas diri.

Begitupun Melompat dari kekurangan, suatu kekurangan yang dimiliki bisa dilakukan dengan merubah kejumudan pemahaman yang tertanam pada diri. Seperti kekurangan akan membaca menuju pada kebiasaan menulis.

Kunci hanya terdapat pada membaca. Semakin sering membaca menjadi amunisi penting ketika menulis. Sebagai bahan rujukan. Berperang tanpa senjata akan sukar untuk meraih kemenangan. Kalau menulis senjatanya ada pada membaca.

Dalam novelnya Krisna Pabhicara " Kita, Kata dan Cinta". Tetaplah Menulis. Jangan takut salah sebab kesalahanlah kita tahu cara memperbaiki".

Relevan ketika saya mendengar ceramah salah ustad di TV. Yaitu Aak Gym. 3 M, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai saat ini. Besar kemungkinan besar geliat literasi tanah air mampu menjadi sumbangsih terbaik untuk tanah air.

Dinamika dalam Menulis

Dalam menulis keciutan pasti ada. Dan itu  adalah kewajaran. Biarlah menjadi seperti air yang mengalir, seperti kata guru yang kerapkali kita dengar "asahlah pisau maka akan tajam. Artinya semakin sering kita menulis suatu saat pasti mengalami suatu perubahan.

Progres itu akan terbentuk dengan sendirinya. Seiring waktu. Apalagi masih dihinggapi berbagai rasa yang menghalangi untuk memulai menulis. Seperti kurang percaya diri. Dan perlu digaris bawahi. Bahwa menulis kita dapat berbagi kepada orang lain. Yang penting tulisan jelas manfaatnya.

Curup, 04 Juli 2019

Ibra Alfaroug

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun